PRIORITAS, 30/7/25 (Bangkok): Sebanyak 18 tentara Kamboja malah langsung menyerah setelah pasukan Thailand melakukan serangan balik menyerbu posisi mereka, ketika coba masuk di dalam wilayah Thailand di distrik Kanthalak Si Sa Ket.
“Batalyon kavaleri Thailand berhasil menyerbu posisi Kamboja dan mendapati 18 tentara yang langsung menyerah tanpa perlawanan”, ungkap juru bicara Tentara Kerajaan Thailand (RTA), Mayor Jenderal Winthai Suvaree, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari The Nation, hari Rabu (30/7/25).
Winthai mengatakan Daerah Angkatan Darat Kedua melaporkan pasukan menyerah di titik bentrokan di daerah Sam Te, distrik Kanthalak.
Penyerahan diri ini menyusul insiden di mana pasukan Kamboja menembakkan artileri dan senjata proyektil dari posisi dekat perbatasan ke wilayah Thailand.
Sebagai tanggapan, Area Angkatan Darat Kedua mengerahkan satuan tugas batalion kavaleri untuk menangkis serangan tersebut.
Pasukan Thailand langsung melakukan serangan balik dengan menyerbu lokasi artileri Kamboja tersebut.
“Pasukan Thailand melucuti senjata para prajurit Kamboja dan memperlakukan mereka secara ketat sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan internasional,” kata Winthai.
Dari 18 orang tentara Kaboja itu, terdapat 1 kapten dan 2 sersan mayor (kelas 2). Sisanya 12 orang sersan, 2 kopral dan 1 prajurit kelas satu pribadi
Dua tentara Kamboja tewas
Dalam serangan balik itu, pasukan Thailand menemukan jasad dua tentara Kamboja yang tewas di lokasi kejadian.
Selain itu terdapat seorang tentara Kamboja terluka akibat luka tembak di pinggul kanan dan lengan kirinya. Ia dibawa ke rumah sakit untuk perawatan medis.
Pasukan yang ditangkap ditahan di daerah aman di bawah yurisdiksi Daerah Angkatan Darat Kedua Thailand.
“Mereka diberikan kebutuhan dasar, termasuk pakaian, makanan, air minum, dan perawatan medis—semuanya sejalan dengan praktik militer dan kemanusiaan internasional”, kata Winthai.
Ia menambahkan Angkatan Darat Kedua Thailand akan menangani tentara Kamboja yang menyerah sesuai dengan prosedur resmi.
Bahkan kedua jenazah akan dikembalikan ke Kamboja dengan penuh hormat dan sejalan dengan protokol internasional.
“RTA secara ketat mematuhi hak asasi manusia, hukum internasional, dan komitmen Thailand berdasarkan Konvensi Jenewa mengenai perlakuan terhadap tentara yang ditangkap dan penanganan korban tewas,” jelas Winthai.
Perang Thailand dan Kamboja pecah pekan lalu di wilayah perbatasan pada Kamis 24 Juli 2025, ketika kedua negara saling memperbutkan beberapa wilayah kecil di perbatasan.
Meski sudah ada kesepakatan damai, baik yang dimediasi Presiden AS, Donald Trump, maupun Pedana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, sebagai ketua ASEAN, perang masih berkecamuk di perbatasan Thailand dan Kamboja.
Hingga hari ketujuh ini dilaporkan lebih 45 orang telah tewas di kedua pihak. (P-Jeffry W)