PRIORITAS, 8/10/25 (Jakarta): Perang Gaza kemarin tepat genap dua tahun. Serangan yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 tersebut belum jelas kapan akan berakhir.
Hanya saja di tengah situasi geopolitik yang masih panas, cadangan devisa Israel justru terus mencatatkan peningkatan signifikan dan bahkan menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Sebagaimana data Bank of Israel, posisi cadangan devisa pada akhir Agustus 2025 mencapai US$230,32 miliar, naik dari US$226,76 miliar pada Juli 2025 dan melesat jauh dibandingkan US$198,55 miliar pada September 2023 atau naik 16 persen ketika perang baru dimulai.
Adanya kenaikan cadev Israel pada Agustus 2025 sama atau setara dengan US$3,55 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Menurut BoI, peningkatan tersebut utamanya berasal dari revaluasi nilai aset valas yang menambah sekitar US$3,76 miliar sementara sebagian lainnya diimbangi oleh aktivitas valas pemerintah Israel yang sekitar US$209 juta.
Untuk tahunan, cadangan devisa Israel telah melonjak US$12,9 miliar dari Agustus 2024 sekitar US$217,37 miliar dan naik hampir US$32 miliar dibanding awal masa perang pada September 2023.
Bahkan rasio cadangan devisa terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sebagaimana dikutip dari CNBC Indonesia, pun kini mencapai 41 persen, memperkuat kredibilitas kebijakan dan menyediakan amunisi untuk mengelola volatilitas mata uangnya yakni shekel di tengah ketidakpastian keamanan dan pembiayaan.
Stabilkan pasar
Bahkan BoI juga menegaskan cadangan yang besar membantu menstabilkan pasar keuangan, menopang kepercayaan investor, dan menjadi bantalan ketika bank sentral perlu menghaluskan gejolak kurs, hal ini kontras dengan periode Oktober 2023 saat bank sentral Israel menjual valas untuk menahan pelemahan tajam shekel. Rekor baru ini menandai pemulihan berkelanjutan sejak fase tersebut.
Sementara merujuk data Refinitiv, nilai tukar Israel yakni shekel diawal serangan ke Gaza pada awal Oktober 2023, sempat mengalami pelemahan yang cukup signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Dimana pada 9 Oktober 2023, atau tepat hari pertama perdagangan pasca serangan, shekel melemah 2,73 persen ke level ILS 3,943/US$, dan melanjutkan pelemahannya hingga menyentuh level terlemah pada 25 Oktober 2025 di level ILS 4,085/US$. Sehingga jika di total sejak awal perang, shekel melemah hampir 6 persen dari greenback.
Namun setelah pelemahan tersebut, shekel justru mampu membalikkan keadaan dengan berhasil menguat sejak level terlemahnya hingga pada penutupan perdagangan Senin (6/10/2025), shekel ditutup pada posisi ILS 3,267/US$. Shekel telah terapresiasi hingga 20 persen. (P-*r/am)
No Comments