PRIORITAS, 14/10/25 (Jakarta): Seiring masifnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan ketidakpastian ekonomi yang menyebabkan gelombang PHK terus berlanjut, juga berdampak pada krisis lapangan kerja di berbagai belahan dunia.
Hail survei terbaru Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) mencatat, 41 persen perusahaan di seluruh dunia mengaku berencana melakukan pengurangan karyawan secara signifikan hingga 2030. Ini terjadi seiring banyaknya pekerjaan yang bisa digantikan oleh robot.
Sebagaimana WEF dalam laporan Future of Jobs Report mengungkapkan, ratusan perusahaan besar yang disurvei menyatakan strategi mereka menghadapi disrupsi teknologi. Dari ratusan perusahaan besar yang disurvei di seluruh dunia, 77 persen menyatakan berencana melatih ulang dan meningkatkan keterampilan pekerja yang ada pada 2025-2030 agar dapat bekerja lebih baik bersama AI.
“Perkembangan AI dan energi terbarukan tengah membentuk ulang pasar tenaga kerja, mendorong meningkatnya permintaan untuk banyak peran teknologi atau spesialis, sekaligus menurunkan kebutuhan untuk pekerjaan lain, seperti desainer grafis,” jelas WEF bulan lalu dikutip dari CNN International sebagaimana dilansir dari CNBC Indonesia.
Sementara itu Managing Director WEF Saadia Zahidi menyoroti peran AI generatif dalam membentuk ulang industri dan tugas di semua sektor. Teknologi ini dapat menciptakan teks, gambar, dan konten orisinal lainnya sebagai respons atas perintah dari pengguna.
Dikatakannya, pekerjaan seperti petugas layanan pos, sekretaris eksekutif, dan petugas penggajian diperkirakan akan mengalami penurunan tercepat dalam beberapa tahun mendatang, baik karena penyebaran AI maupun faktor lain.
“Masuknya desainer grafis dan sekretaris hukum ke daftar sepuluh besar pekerjaan yang paling cepat menurun untuk pertama kalinya dalam sejarah laporan Future of Jobs mungkin menggambarkan meningkatnya kapasitas GenAI dalam mengerjakan pekerjaan berbasis pengetahuan,” jelas laporan tersebut.
Sedangkan keterampilan AI semakin dicari dengan data hampir 70 persen perusahaan berencana merekrut pekerja baru dengan kemampuan merancang alat dan pengembangan AI. Sementara itu 62 persen berniat menambah pekerja dengan keterampilan bekerja berdampingan dengan AI, menurut survei terbaru yang dilakukan tahun lalu.
Namun laporan tersebut juga memberi nada optimistis. Dampak utama teknologi seperti AI generatif terhadap pekerjaan mungkin terletak pada potensinya dalam meningkatkan keterampilan manusia melalui kolaborasi manusia-mesin, bukan semata-mata menggantikan pekerja, terutama mengingat pentingnya keterampilan yang berpusat pada manusia.
Hanya saja pada kenyataannya, banyak pekerja sudah tergantikan oleh AI. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah perusahaan teknologi, termasuk layanan penyimpanan file Dropbox dan aplikasi belajar bahasa Duolingo, menyebut AI sebagai alasan pemutusan hubungan kerja (PHK). (P-*r/am)
No Comments