Pesawat China Eastern Airlines di bandara Shanghai. Penerbangan terbesar di China ini membatalkan sekitar 13 persen jadwal ke Jepang akibat konflik politik soal Taiwan.(chinaeasternairlines)PRIORITAS, 3/12/25 (Beijing): Semua maskapai penerbangan China membatalkan 2.381 rute pergi pulang ke Jepang akibat konflik politik terkait Taiwan yang melanda kedua negara.
Menurut informasi yang diperoleh Beritaprioritas.com, hari Rabu (3/12//2025), sejumlah maskapai penerbangan China telah secara drastis memangkas rencana penerbangan mereka ke Jepang terhitung bulan Desember 2025 ini.
Sebelum pertikaian, maskapai penerbangan China sudah menjadwalkan 9.813 penerbangan ke dan dari Jepang untuk Desember 2025.
Ketika pecah konflik, maskapai negara tirai bambu itu langsung membatalkan 2.381 penerbangan menjadi hanya 7.432, terhitung sejak 1 Desember 2025, menyusul pemerintah China yang mengeluarkan larangan bagi warganya ke Jepang.
Dengan pengurangan tersebut, otomatis China telah memangkas hampir seperempat kapasitas dan frekuensi penerbangan dibandingkan dengan jadwal yang diajukan pada awal November, mengutip OAG Schedules Analyser.
Pengurangan ini imbas ketegangan politik selama berminggu-minggu antara Beijing dan Tokyo, setelah komentar Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, pada 7 November lalu tentang potensi intervensi Jepang dalam konflik Taiwan.
Tiongkok bereaksi keras dengan mengeluarkan imbauan larangan perjalanan dan pelajar ke Jepang. China juga membatasi impor Jepang dan memperketat pertukaran budaya.
Jadwal direvisi
Meskipun Administrasi Penerbangan Sipil China belum mengeluarkan arahan publik, yang menginstruksikan maskapai untuk mengurangi layanan ke Jepang, skala pembatalan penerbangan tersebut terlihat jelas dalam jadwal yang telah direvisi.
Sebenarnya per 3 November 2025 lalu, maskapai Tiongkok telah mengajukan 1,85 juta kursi pulang pergi dan 9.813 penerbangan untuk Desember 2025 pada rute ke dan dari Jepang.
Pengajuan terbaru yang dipublikasikan pada 1 Desember menunjukkan penurunan drastis kapasitas menjadi 1,42 juta kursi dan 7.432 penerbangan—masing-masing sebesar 23,2% dan 24,3%.
Kapasitas keseluruhan Tiongkok-Jepang pada bulan Desember—termasuk semua operator—sekarang mencapai 1,71 juta kursi dan 8.901 penerbangan, turun dari 2,15 juta kursi dan 11.320 penerbangan yang diajukan pada awal November.
Tanpa penerbangan nonstop
Data OAG Schedules Analyser mengungkapkan maskapai penerbangan China Eastern Airlines, operator terbesar telah memangkas kapasitasnya di bulan Desember sebesar 13%, sementara Air China turun hampir 10%.
China Southern juga telah mengurangi kapasitasnya sebesar 24%, Spring Airlines sebesar 36,3%, Juneyao Airlines sebesar 41,1%, dan Shenzhen Airlines hampir setengahnya.
Dua belas bandara yang sebelumnya direncanakan beroperasi, termasuk Changsha-Osaka Kansai, Beijing Daxing-New Chitose, dan Fuzhou-Nagoya, kini tidak akan melayani penerbangan nonstop sama sekali pada bulan Desember 2025 ini.
Di antara rute yang tersisa, Osaka Kansai-Shanghai Pudong mengalami penurunan paling signifikan secara absolut, dengan sekitar 44.000 kursi lebih dari yang diajukan sebelumnya—penurunan sebesar 15%.
Shanghai Pudong-New Chitose kehilangan sekitar 33.000 kursi, atau 43%, sementara Nanjing-Osaka Kansai berkurang 27.000 kursi, atau penurunan sebesar 73%.
Secara keseluruhan, dari 97 rute yang telah direncanakan maskapai penerbangan China untuk dioperasikan pada bulan Desember, hanya 85 yang akan dilayani, dan hanya 20 yang lolos dari pengurangan kapasitas.
Pendapatan berkurang
Pemangkasan tersebut mengancam akan mengurangi pendapatan maskapai China selama periode keberangkatan yang biasanya kuat.
“Pengurangan besar-besaran penerbangan Tiongkok-Jepang niscaya akan memberikan tekanan finansial jangka pendek pada maskapai domestik, yang berdampak pada pengembalian tiket yang substansial dan hilangnya pendapatan selama puncak musim perjalanan Tahun Baru Imlek pada Februari 2026,” ujar Konsultan ASM, Hang Zhao.
Saat ini, maskapai penerbangan China sedang berupaya mengalokasikan kembali kapasitas ke rute domestik dan jalur internasional lainnya, untuk meminimalkan dampak keseluruhan terhadap industri penerbangan.
Wisatawan China kini mulai mengalihkan perjalanan mereka ke tempat lain.
Rusia tampaknya menjadi negara yang paling diuntungkan setelah Moskow memberlakukan bebas visa masuk selama 30 hari bagi warga negara Tiongkok pada 18 November.
Bagi Jepang, penurunan ini membuat sektor pariwisata negara tersebut terekspos.
Menurut Organisasi Pariwisata Nasional Jepang, 8,2 juta wisatawan Tiongkok daratan tiba dari Januari hingga Oktober 2025, mewakili hampir seperempat dari seluruh kedatangan internasional.(P-Jeffry W)
No Comments