PRIORITAS, 6/4/25 (London): Bukan hanya terjadi di Amerika Serikat gelombang protes ribuan pengunjuk rasa memenuhi jalanan di berbagai kota besar di negara adi kuasa itu, akibat kebijakan kontroversial Presiden Donald Trump, melainkan telah meluas ke wilayah Eropa terutama London, Paris dan Berlin.
Protes Trump menyebar ke luar negeri, dengan aksi solidaritas di London, Paris, dan Berlin, menyusul pengumuman presiden AS itu tentang tarif impor besar-besaran terhadap sejumlah negara. “Anda bisa berdiri hari ini atau Anda bisa dibawa nanti,” ujar Katie Smith, mahasiswa hukum yang biasanya tidak pernah ikut demonstrasi, kepada BBC News.
Di London, para demonstran membawa plakat bertuliskan “WTAF Amerika?”, “Berhenti Menyakiti Orang Lain”, dan “Dia Idiot”, sambil meneriakkan slogan seperti “Jangan sentuh Kanada”, “Jangan sentuh Greenland”, dan “Jangan sentuh Ukraina”.
Slogan ini merujuk pada komentar kontroversial Trump mengenai potensi aneksasi wilayah asing serta ketegangan diplomatik dengan Ukraina. Sejumlah media internasional melaporkan, aksi protes Trump ini berlangsung serentak di lebih dari 1.200 lokasi di seluruh 50 negara bagian AS, pada Sabtu (5/4/25) waktu setempat.
Nyatakan kemarahan
Ribuan warga turun ke jalan di Boston, Chicago, Los Angeles, New York, dan Washington DC, menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap kebijakan Trump, mulai dari isu imigrasi, ekonomi, hingga politik luar negeri. Di Boston, banyak pengunjuk rasa menyatakan kemarahan atas penggerebekan imigrasi terhadap mahasiswa internasional, termasuk kasus Rumeysa Ozturk, mahasiswa asal Turki yang ditangkap di dekat Universitas Tufts oleh agen bersenjata bertopeng.
Di Washington DC, ribuan orang berkumpul untuk mendengarkan pidato tokoh-tokoh Demokrat, yang menyoroti pengaruh elite kaya dalam pemerintahan Trump, terutama Elon Musk, yang kini menjabat sebagai penasihat presiden dan dikenal mendorong pemangkasan besar-besaran anggaran serta tenaga kerja federal.
Jajak pendapat, dukungan Trump menurun
“Jika Anda mencuri dari rakyat, harap rakyat bangkit. Di kotak suara dan di jalan!” teriak salah satu orator protes Trump di depan Capitol. Protes Trump ini datang di tengah penurunan tingkat kepuasan publik terhadap presiden dari Partai Republik ini.
Jajak pendapat Reuters/Ipsos terbaru menunjukkan hanya 43 persen warga AS yang menyetujui kinerjanya, turun dari 47 persen saat pelantikan pada Januari. Sementara hanya 30 persen responden menyetujui strateginya menangani biaya hidup, dan 37 persen menilai positif kebijakan ekonominya.
Survei lain dari Harvard Caps/Harris mencatat, meskipun 49 persen pemilih menyetujui kepemimpinan Trump, angka tersebut turun dari 52 persen bulan sebelumnya. Namun, 54 persen pemilih percaya ia masih lebih baik daripada Joe Biden saat menjabat.
Meski protes Trump meluas, sang presiden tetap memilih bermain golf di resornya di Florida dan tidak mengeluarkan pernyataan publik. Gedung Putih merilis pernyataan yang menegaskan komitmen Trump untuk melindungi program sosial seperti Medicare, sambil menuduh Partai Demokrat mengancam kelangsungan program-program tersebut dengan mendukung imigran ilegal.
“Presiden Trump akan selalu melindungi Jaminan Sosial dan Medicare bagi warga yang memenuhi syarat,” tulis pernyataan resmi. Sementara itu, Tom Homan, penasihat kebijakan imigrasi Trump, mengomentari unjuk rasa yang berlangsung di depan rumahnya di New York, yang saat itu kosong karena ia sedang berada di Washington dkutip dari Beritasatu.com.
“Silakan saja protes rumah kosong. Itu tidak akan mengubah fakta. Demonstrasi ini cuma menyibukkan aparat penegak hukum,” katanya dalam wawancara dengan Fox News. (P-wr)