Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyampaikan arah kebijakan BI ke depan saat pertemuan tahunan Bank Indonesia 2024 di Jakarta, Jumat (29/11/24) kemarin. Pertemuan tahunan Bank Indonesia 2024 mengangkat tema sinergi memperkuat stabilitas dan transformasi ekonomi nasional. (Foto Antara/Akbar Nugroho Gumay/YU/pri)
PRIORITAS, 30/11/24 (Jakarta): Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat dapat membawa perubahan besar pada lanskap geopolitik dan perekonomian dunia.
“Terpilihnya kembali Presiden Trump di Amerika Serikat (AS) dengan kebijakan America First (kepentingan AS di atas kepentingan global), dapat membawa perubahan besar pada lanskap geopolitik dan perekonomian dunia. Tarif tinggi dan bahkan perang dagang, ketegangan geopolitik, disrupsi rantai pasok dagang, (hingga) fragmentasi ekonomi dan keuangan,” ucap Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2024 di Gedung BI, Jakarta, Jumat (29/11/24) yang dikutip hari ini, Sabtu (30/11/24).
Ini, lanjut dia, bisa berakibat prospek ekonomi global akan meredup pada tahun 2025 dan 2026.
Lima karakteristik ketidakpastian ekonomi dunia
Kemudian Perry memaparkan lima karakteristik yang mencerminkan tanda-tanda ketidakpastian ekonomi dunia.
Yang pertama, yaitu, slower and divergent growth. Ini berarti pertumbuhan ekonomi dunia akan menurun pada 2025 dan 2026. Ekonomi AS disebut akan membaik, sementara Tiongkok dan Eropa bakal melambat, serta India dan Indonesia masih cukup baik.
Selanjutnya kedua, ialah, penurunan inflasi dunia yang akan melambat pada dua tahun mendatang akibat gangguan rantai pasok dan perang dagang (re-emergence of inflation pressure).
Kemudian, ialah, penurunan Fed Funds Rate (FFR) akan lebih rendah, sementara US Treasury naik tinggi ke 4,7 persen pada 2025 dan lima persen pada 2026 karena defisit fiskal dan utang pemerintah AS yang membengkak.
Lalu, penguatan dolar AS dari 101 ke 107, dan hal ini bakal mengakibatkan tekanan depresiasi nilai tukar seluruh dunia, termasuk rupiah.
“Semoga dolar Amerika tidak menguat lagi,” kata Perry, seperti dikutip Antara.
Lantas yang terakhir, pelarian modal investor global dari emerging market ke AS karena suku bunga yang meningkat dan penguatan dolar.
“Kelima gejolak global tersebut berdampak negatif ke berbagai negara, Indonesia tidak terkecuali. Perlu kita antisipasi. Kita waspadai dengan respon kebijakan yang tepat untuk pertahanan dan kebangkitan ekonomi nasional yang telah susah payah kita bangun,” ungkap Gubernur BI. (P-jr)