27.3 C
Jakarta
Thursday, April 24, 2025
spot_img

    BI: Ketidakpastian ekonomi global disebabkan kebijakan tarif AS

    Terkait

    PRIORITAS, 23/4/25 (Jakarta): Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengungkapkan, ketidakpastian ekonomi global semakin meningkat akibat kebijakan tarif timbal balik yang diterapkan oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS).

    Pengumuman kebijakan tarif timbal balik oleh Amerika Serikat pada awal April 2025, disertai dengan tindakan balasan dari Tiongkok serta potensi respons serupa dari beberapa negara lain, memperparah fragmentasi ekonomi global dan menyebabkan penurunan volume perdagangan internasional.

    “Akibatnya pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2025 diperkirakan akan menurun dari 3,2 persen menjadi 2,9 persen,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan April 2025 di Jakarta, Rabu (23/4/25).

    AS dan Tiongkok

    Selanjutnya, Perry menambahkan perlambatan ekonomi paling signifikan terjadi di Amerika Serikat dan Tiongkok, sebagai konsekuensi dari dampak perang tarif antara kedua negara tersebut.

    Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju maupun berkembang lainnya juga diprediksi melambat, akibat efek langsung berupa menurunnya ekspor ke AS, serta efek tidak langsung dari berkurangnya volume perdagangan dengan negara-negara lain.

    Perang tarif beserta dampak buruknya terhadap melambatnya pertumbuhan ekonomi di AS, Tiongkok, dan global telah memicu meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan dunia dan mendorong para investor untuk bersikap lebih berhati-hati atau menghindari risiko.

    Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS mengalami penurunan, sementara indeks nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang global (DXY) melemah, seiring meningkatnya ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga acuan Fed Funds Rate (FFR) pada tahun ini maupun tahun depan.

    Aset keuangan di Eropa dan Jepang

    Arus modal global mulai beralih dari Amerika Serikat menuju negara dan instrumen yang dipandang sebagai tempat aman, seperti aset keuangan di kawasan Eropa dan Jepang, serta komoditas emas.

    Di sisi lain, arus keluar modal dari negara-negara berkembang masih terus berlangsung, yang turut menekan nilai tukar mata uang mereka.

    “Memburuknya kondisi global tersebut memerlukan penguatan respon dan koordinasi kebijakan untuk menjaga ketahanan eksternal, mengendalikan stabilitas, dan tetap mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri,” ucap Perry. (P-*r/Zamir A)

    - Advertisement -spot_img

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    - Advertisement -spot_img

    Terkini