PRIORITAS, 29/7/25 (Pananjung): Seekor bayi Banteng Jawa (Bos javanicus javanicus) berjenis kelamin betina lahir di Pusat Reintroduksi Banteng Jawa Pangandaran, Pananjung, pada Minggu (27/7/25) pukul 06.00 WIB.
Kelahiran ini menjadi harapan baru bagi pelestarian satwa langka khas Indonesia. Bayi banteng tersebut lahir dari induk bernama Uchi, salah satu dari empat banteng yang dilepasliarkan Kementeri Kehutanan (Kemenhut) pada 11 Desember 2024 saat meresmikan pusat reintroduksi.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Agus Arianto, mengatakan kelahiran ini adalah hasil dari pendekatan konservasi yang dijalankan secara semi alami.
“Kelahiran ini merupakan yang pertama di pusat reintroduksi dan menjadi bukti keberhasilan pendekatan konservasi semi alami yang kami terapkan,” ujar Agus di Bandung, dikutip Beritaprioritas dari Antara, Selasa (29/7/25).
Exploitasia simbol semangat pelestarian
Bayi banteng ini diberi nama Exploitasia oleh Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni. Nama itu melambangkan semangat eksplorasi dan pelestarian keanekaragaman hayati Asia.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Satyawan Pudyatmoko, menyebut momen ini sebagai tonggak penting dalam pelestarian satwa endemik.
“Semoga Exploitasia tumbuh sehat dan menjadi penguat populasi Banteng Jawa di habitat alaminya,” ucap Satyawan.
Pusat reintroduksi Banteng Jawa ini dibangun setelah populasi satwa tersebut dinyatakan punah di kawasan Cagar Alam Pananjung sejak 2023. Kini, kawasan tersebut dihuni dua pasang banteng hasil kolaborasi konservasi antara Taman Safari Bogor, Prigen, dan Gianyar.
Uchi beradaptasi secara alami
Uchi, induk Exploitasia, merupakan individu yang berasal dari Taman Safari Bogor. Untuk mendukung adaptasi banteng secara bertahap ke habitat liar, pusat reintroduksi menerapkan konsep semi alami.
Kawasan seluas lima hektare ini diawasi sembilan petugas yang bertugas memberi pakan, memantau kesehatan, dan mencatat siklus reproduksi.
Program ini merupakan hasil sinergi antara Kementerian Kehutanan, BBKSDA Jawa Barat, Taman Safari Indonesia, Pemerintah Kabupaten Pangandaran, masyarakat lokal, serta dukungan dari sektor swasta seperti PT Star Energy Geothermal Darajat II Limited.
Kelahiran Exploitasia menjadi bukti bahwa konservasi di Indonesia tidak lagi sekadar wacana. Pangandaran kini tak hanya dikenal sebagai destinasi wisata, tapi juga sebagai simbol bangkitnya satwa langka dari ambang kepunahan. (P-Khalied M)