PRIORITAS, 15/8/25 (Friesland): Satu orang tewas setelah balon udara yang membawa 34 penumpang jatuh di sebuah padang rumput di Friesland, Belanda utara. Polisi telah memulai penyelidikan atas kecelakaan tersebut.
“Satu orang tewas dan lima lainnya menderita luka-luka setelah balon udara yang membawa 34 penumpang turun terlalu cepat dengan keras“, kata pihak berwenang Friesland, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari The Independent, hari Jumat (15/8/25).
Menurut petugas, sekitar pukul 9 malam balon tersebut coba mendarat tetapi kecepatan turunnya sangat cepat dan menghantam tanah dengan keras.
Sejumlah penumpang langsung terpental keluar dari keranjang, sementara balon masih terus menyeret hingga puluhan meter.
Akibatnya seorng penumang balon tewas dan lima orang lainnya mengalami luka-luka cukup serius. Bekas goresan di tanah jelas terlihat menggambarkan kerasnya balon tersebut jatuh.
Seorang juru bicara Asosiasi Aeronautika Kerajaan Belanda, yang dikutip di media lokal, mengaitkan dampak kuat tersebut, dengan embusan angin tiba-tiba yang menyebabkan balon menghantam tanah dengan kuat.
Rentan celaka
Penerbangan balon udara tidak selalu aman. Bahkan sejumlah pengamat udara menilai balon udara yang terbang dengan bantuan tiupan udara panas dari pembakar api (burner) dengan menggunakan gas propana, sangat rentan celaka.
Pada tanggal 21 Juni 2025 lalu, sebuah balon udara jatuh di Praia Grande, Santa Catarina , Brasil, menewaskan 8 dari 21 orang di dalamnya.
Penyebabnya karena api liar tiba-tiba mulai membakar keranjang yang berisi para penumpang.
Pilot, yang selamat dari kecelakaan itu, mengatakan dua menit setelah penerbangan, kebakaran terjadi di dalam keranjang.
Pilot coba untuk mengurangi ketinggian balon, agar memungkinkan penumpang melompat keluar ke tempat aman.
Sebanyak 13 penumpang termasuk pilotnya berhasil melompat, Namun, delapan penumpang gagal.
Karena beban berkurang, balon itu malah naik lagi. Delapan penumpang yang terjebak ikut terbakar dan tewas ketika balon jatuh dari udara setelah api melahap tali dan balon tersebut.
Ini adalah kecelakaan balon udara fatal kedua di negara tersebut dalam waktu kurang dari seminggu, ketika sebuah balon udara tanpa izin yang membawa 35 orang, juga jatuh di Capela do Alto, negara bagian São Paulo.
Seorang penumpang wanita berusia 27 tahun tewas. Padahal ia naik balon itu untuk merayakan Dia dos Namorados (Hari Pasangan) bersama suaminya.
Tabrak kabel listrik
Kecelakaan balon udara paling mematikan di seluruh dunia pernah terjadi 30 Juli 2016, ketika balon udara menabrak kabel listrik di dekat Lockhart, Texas, Amerika Serikat, menewaskan semua 16 orang penumpang dan pilotnya.
Pada Oktober 2017, Badan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) AS, menetapkan kecelakaan tersebut disebabkan “pola pengambilan keputusan yang buruk” dari pilot.
Pilot atau operator balon memaksa terbang, padahal hari itu operator balon lain membatalkan penerbangan karena cuaca buruk dengan awan rendah dan berkabut.
Pilot balon udara itu malah melanjutkan penerbangan di tengah kabut dan di atas awan, lalu turun di dekat awan yang masih menutupi pandangan untuk menghindari rintangan.
Akibatnya balon udara yang ia kemudikan malah menuju kabel listrik bertegangan sangat tinggi. Balon udara itu menabrak kabel listrik dan meledak terbakar. Semua penumpangnya termasuk pilot tewas.
Kondisi medis pilot juga ditemukan mengalami depresi dan ADHD, karena masih mengkosumsi obat resep dokter.
Investigasi menemukan pilot balon diketahui telah mengonsumsi diazepam dan oksikodon yang kemungkinan memengaruhi penerbangan.
Dari hasil otopsi, pilot balon tersebut juga memiliki kadar difenhidramin cukup banyak dalam tubuhnya, sehingga memiliki “kadar alkohol dalam darah yang setara dengan pengemudi mabuk”.
Sebelum kecelakaan, pilot balon udara itu juga memiliki setidaknya empat hukuman, karena mengemudi dalam keadaan mabuk dan dua hukuman penjara.(P-Jeffry W)