PRIORITAS, 15/4/25 (New York): Sebuah penelitian medis telah menemukan suntikan cairan kimia kepada pasien, ketika menjalani pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau pencitraan resonansi magnetik, ternyata dapat menyebabkan terbentuknya material mematikan di dalam tubuh. Cairan itu ternyata sering digunakan dalam reaktor nuklir.
Menurut sebuah studi baru tersebut, suatu zat kimia agen kontras bernama Gadolinium (Gd) yang disuntikkan sebelum pemindaian MRI untuk membantu menciptakan gambar lebih tajam, dapat menyebabkan beberapa pasien mengalami komplikasi yang berpotensi mematikan. Peralatan medis MRI sudah digunakan hampir di seluruh Rumah sakit di dunia.
Peneliti dari Universitas New Mexico menemukan gadolinium – logam tanah jarang beracun yang digunakan dalam pemindaian MRI – dapat bercampur dengan asam oksalat, yang ditemukan dalam banyak makanan untuk mengendapkan nanopartikel kecil logam tersebut dalam jaringan manusia.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Magnetic Resonance Imaging ini menilai pembentukan nanopartikel yang dikaitkan dengan masalah kesehatan yang berpotensi mematikan pada ginjal dan organ lainnya.
Para ilmuwan mengatakan agen kontras berbahan dasar gadolinum dapat menyebabkan fibrosis sistemik nefrogenik, suatu kondisi yang menyebabkan penebalan dan pengerasan kulit, jantung, dan paru-paru disertai kontraktur sendi menyakitkan.
“Orang-orang meninggal hanya setelah satu dosis,” kata Brent Wagner, penulis studi dari UNW, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari The Independent, hari Selasa (15/4/25).
Mengikat molekul lain
Ketika disuntikkan, gadolinum terikat erat dengan molekul lain dan dikeluarkan dari tubuh, dan kebanyakan orang tidak mengalami efek samping, kata para peneliti. Meskipun kasus kematian jarang terjadi, tetapi bahaya tetap ada.
Akan tetapi, bahkan pada mereka yang tidak memiliki gejala, partikel logam tersebut telah ditemukan di jaringan ginjal dan otak, serta telah terdeteksi dalam darah dan urin.“Bertahun-tahun setelah terpapar”, kata para ilmuwan.
Studi terbaru menyelidiki mengapa beberapa orang jatuh sakit setelah menjalani MRI, sementara sebagian besar tidak dan bagaimana partikel gadolinium terlepas dari molekul lain dalam zat kontras.
“Pembentukan nanopartikel ini mungkin menjelaskan beberapa hal. Mungkin menjelaskan mengapa penyakit ini semakin meluas,” kata Dr Wagner.
“Saat sel mencoba mengatasi nanopartikel logam asing di dalamnya, sel tersebut akan mengirimkan sinyal yang memberi tahu tubuh untuk meresponsnya,” jelasnya.
Tomat dan bayam
Para ilmuwan secara khusus menyelidiki peran asam oksalat – yang ditemukan dalam banyak makanan seperti tomat dan bayam, kacang-kacangan serta beri – karena molekul tersebut mengikat ion logam dan terlibat dalam pembentukan batu ginjal.
“Asam oksalat juga terbentuk dalam tubuh ketika orang mengonsumsi makanan atau suplemen yang mengandung vitamin C “, kata para peneliti.
Mereka menemukan asam oksalat menyebabkan sejumlah kecil gadolinium mengendap keluar dari zat kontras dan membentuk nanopartikel yang menyusup ke dalam sel berbagai organ. Beberapa pasien mungkin lebih rentan terhadap presipitasi nanopartikel jenis ini, karena metabolisme mereka.
“Mungkin saja jika mereka berada dalam keadaan oksalat tinggi atau keadaan di mana molekul lebih rentan terikat pada gadolinium, yang mengarah pada pembentukan nanopartikel,” kata Dr. Wagner.
“Itulah sebabnya beberapa orang mengalami gejala yang sangat buruk dan respons penyakit yang sangat besar, sementara orang lain baik-baik saja,” jelasnya.
Para peneliti menyarankan beberapa cara untuk mengurangi risiko yang terkait dengan pemindaian MRI.
“Saya tidak akan mengonsumsi vitamin C jika saya perlu menjalani MRI dengan kontras karena reaktivitas logam,” kata Dr. Wagner. “Saya berharap kita semakin dekat dengan beberapa rekomendasi untuk membantu orang-orang ini,” tambahnya.
Zat kimia bernama Gadolinium (Gd) yang memiliki nomor atom 64 memang sering digunakan dalam reaktor nuklir, karena unsurnya sangat baik dalam menyerap neutron, salahsatu produk sampingan dari reaksi nuklir.
Biasanya Gadolinium digunakan dalam batang kendali reaktor nuklir untuk mengendalikan reaktivitas fusi nuklir dan mengurangi keracunan reaktor. Gadolinium juga digunakan dalam sistem laser. Dan sumber sinar gamma. (P-Jeffry W)