PRIORITAS 18/2/25 (Istanbul) : Jurang perpecahan Amerika Serikat (AS) dan Eropa semakin melebar. Hal ini terjadi gara-gara sikap pemerintah Amerika Serikat terutama Presiden Donald Trump dan wakilnya JD Vance cenderung mendukung Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam perang dengan Ukraina.
Negara-negara Eropa dalam Konferensi Keamanan di Munich mengungkapkan kegelisahan terhadap pernyataan dan tindakan pemerintah Amerika Serikat, yang secara jelas memberi sinyal untuk meninggalkan sekutunya di benua Eropa.
Para pemimpin Eropa menilai, AS di tangan Trump dan Vance terkesan memberi peluang kepada Putin untuk melakukan invasi lagi, setelah Rusia menyerang dan mencaplok beberapa wilayah Ukraina. Eropa sangat khawatir karena Rusia dan Ukraina berbatasan langsung dengan negara mereka.
Ketua Konferensi Keamanan Munich Christoph Heusgen menyatakan prihatin atas meningkatnya perpecahan antara Eropa dan Amerika Serikat saat ini, sembari menegaskan landasan nilai bersama tidak lagi sekuat sebelumnya.
“Kami harus khawatir bahwa nilai-nilai bersama kami tidak lagi benar-benar sama. Saya sangat berterima kasih kepada para politisi Eropa yang telah angkat bicara dan menegaskan kembali nilai serta prinsip yang mereka bela,” tegas Heusgen dalam sesi penutupan pertemuan tingkat tinggi tersebut seperti dikutip Beritaprioritas.com dari Antara, Selasa ini (18/2/25).
Ia menekankan pentingnya para pemimpin Eropa untuk tetap teguh dalam mempertahankan prinsip-prinsip bersama seperti demokrasi, kebebasan, dan supremasi hukum.
Pernyataan Heusgen ini mencuat setelah pidato Wakil Presiden AS JD Vance pada Jumat lalu, yang menurutnya menandai pergeseran dalam hubungan trans-Atlantik.
Heusgen memuji para pemimpin Eropa, khususnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, karena tetap berpegang teguh pada nilai-nilai demokrasi inti.
“Pesan dari Munich jelas: Eropa bukan sekadar pelengkap, tetapi suatu yang wajib, suatu keharusan,” tegas Heusgen, mendesak benua itu untuk mengambil peran lebih aktif dalam keamanan global.
Ia juga mendukung pernyataan Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte, yang menyerukan agar negara-negara Eropa konkret dan komitmen dalam anggaran pertahanan serta keamanan bersama di benua Eropa.
Selain itu, Heusgen memperingatkan bahaya politik kompromi dalam menghadapi ancaman keamanan, dengan menarik perbandingan sejarah ke tahun 1938. “Putin mencium kelemahan. Ia hanya akan bereaksi terhadap kekuatan,” ujarnya.
Konferensi Keamanan Munich berlangsung selama tiga hari, setelah serangkaian diskusi tingkat tinggi mengenai isu-isu keamanan global, terutama keamanan Eropa, perang yang masih berlangsung antara Rusia dan Ukraina, serta dinamika hubungan trans-Atlantik atau AS-Eropa. Konferensi tahunan ke-61 ini dihadiri oleh lebih dari 50 kepala negara dan pemerintahan, serta 150 menteri dari seluruh dunia.
Eropa tidak suka pidato Vance
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio sebelumnya mengatakan banyak pihak di Eropa tidak menyukai pidato Wakil Presiden AS J.D. Vance di Konferensi Keamanan Munich.
“Saya berbicara dengan para menlu dari berbagai negara di seluruh Eropa. Banyak dari mereka mungkin tidak menyukai pidato tersebut atau tidak setuju dengan pidato tersebut,” ungkap Rubio.
Dalam ajang tersebut, Vance mengatakan para pemimpin Eropa mengabaikan warganya seolah-olah mereka adalah ‘hewan terpelajar’ serta tidak mendengarkan suara para pemilih.
Vance juga mengemukakan para pemimpin Eropa menekan atau membatalkan pemilu hanya berdasarkan kecurigaan kecil, seperti yang terjadi pada pemilihan presiden di Rumania.
Menurut dia, ancaman terhadap Eropa bukan dari Rusia atau China, melainkan dari dalam Eropa sendiri. Hadirin yang mendengarkan pidato Vance hanya terdiam dan nyaris tidak bertepuk tangan.
Vance mengungkapkan keprihatinan atas dugaan peringatan tentang kemungkinan pembatalan pemilu di Jerman jika partai sayap kanan AfD menang.
“Percayalah, saya katakan ini dengan humor, jika demokrasi Amerika bisa bertahan selama 10 tahun di bawah omelan dari Greta Thunberg. Kalian semua bisa bertahan beberapa bulan dengan Elon Musk, ” ujarnya membuat perbandingan.
Dia merujuk pada dukungan terbuka Musk terhadap partai sayap kanan Jerman dan siaran langsungnya di platform X bersama pemimpin AfD Alice Weidel, yang memicu diskusi mengenai kemungkinan interferensi pemilu menjelang pemilu cepat pada 23 Februari.
Belakangan, Presiden AS Donald Trump membela Vance. Dia mengatakan telah mendengarkan pidato Vance dan menyebut pidato wakilnya itu sebagai hal yang bagus, serta memperingatkan Eropa untuk berhati-hati.
“Saya mendengar pidatonya, dan dia berbicara tentang kebebasan berbicara. Dan saya pikir itu benar di Eropa, kebebasan itu sedang hilang, dan mereka sedang kehilangan hak luar biasa mereka atas kebebasan berbicara,” ujar Trump kepada wartawan di Oval Office, gedung Putih.
Salahsatu media terkemuka Amerika Serikat, Washington Post menilai kebijakan AS yang berubah-ubah telah melemahkan fondasi kerja sama yang telah menyatukan AS-Eropa sejak perang dunia II.
Para pembuat kebijakan Eropa kini takut kebijakan luar negeri Presiden AS Donald Trump justru semakin melemahkan persatuan tersebut. (P-jeffry w)