PRIORITAS, 18/11/24 (Jakarta): Gara-gara beberapa kali memamerkan foto mesranya dengan seorang cewek ABG di media sosial, selebritas Aliando Syarief ramai-ramai dihujat netizen. Ia diduga memacari gadis ABG cantik bernama Richelle Skornicki.
Seperti terlihat dalam foto-foto yang viral di media sosial, keduanya terlihat mesra seperti pasangan kekasih. Richelle adalah adik aktris Sandrinna Michelle yang baru berusia 15 tahun, sedangkan Aliando sudah berusia 28 tahun.
Usia keduanya yang terpaut 13 tahun dan Richelle dengan usia yang baru 15 tahun, kemudian mendapat sorotan netizen. Akun Instagram pribadi Aliando pun dibanjiri komentar sejumlah netizen yang mengungkapkan kekecewaannya.
Kendati sudah viral, aktor yang namanya melambung lewat serial “Ganteng Ganteng Serigala” itu belum memberi tanggapan. Dari pihak Richelle pun belum ada respon apa pun.
Sejumlah netizen bahkan menyebut Aliando melakukan “child grooming” kepada Richelle. Namun, sebenarnya apa yang dimaksud dengan child grooming?
Proses predator anak persiapkan korbannya
Dikutip dari Kompas.com, menurut Ida Rachmawati dkk dalam jurnal “Edukasi Bagi Anak dalam Upaya Preventif Tindak Kejahatan Seksual dengan Modus Child Grooming” (2022), child grooming adalah salah satu proses predator seksual anak untuk “mempersiapkan” korbannya. Pelaku seperti ini sebelumnya dikenal dengan istilah pedofil.
Dalam praktiknya, pelaku menggunakan kepiawaiannya baik secara fisik, emosional, atau finansial untuk membangun hubungan dan ikatan emosional dalam rangka manipulasi, mengeksploitasi, bahkan melecehkan targetnya yang masing anak-anak.
Pada awalnya, pelaku akan mendekati anak-anak dan membangun hubungan emosional dengan mereka untuk mendapat kepercayaannya. Sehingga, pelaku dapat melakukan kontak seksual dengan anak di bawah umur.
Adapun, dilansir Kompas.com dari Bravehearts, child grooming adalah tahap persiapan pelecehan seksual anak yang dilakukan untuk mendapatkan kepercayaan dan kepatuhan anak atau remaja. Setelah anak atau remaja tersebut percaya dan patuh, pelaku dapat melakukan pelecehan seksual tanpa harus takut anak tersebut akan melaporkannya pada orang lain.
Anak yang sudah percaya dan merasa terhubung secara emosional dengan pelaku cenderung akan menuruti permintaan pelaku, bahkan untuk melakukan aktivitas seksual baik secara daring atau pun luring.
Menurut Education The National Crime Agency, melalui ikatan emosional pelaku akan berusaha memperoleh kekuasaan atas anak, memanipulasi, bahkan memaksa mereka. Pelaku dapat menintimidasi secara emosional atas dasar cinta agar anak melakukan hal-hal yang diinginkannya. Misalnya dengan berkata, “Jika kamu cinta aku, maka kamu akan melakukan hal ini sama aku”.
Pelaku akan bersikap baik bahkan memenuhi semua kebutuhan dan keinginan anak, seperti kebutuhan emosional, tempat tinggal, dan uang. Itu membuat si anak merasa terikat dan percaya bahwa apa yang dilakukan pelaku kepadanya adalah atas dasar cinta.
Dengan kepercayaan tersebut dan perasaan takut ditinggalkan, pelaku dapat leluasa melakukan pelecehan dan memastikan anak tidak menceritakannya tersebut pada orang lain. (P-ht)
