Di Jakarta, massa petani bergabung dengan serikat buruh, mahasiswa, dan masyarakat sipil menuju Gedung DPR RI.
Mereka berasal dari Jawa Barat dan Banten, antara lain Serikat Petani Pasundan, Serikat Petani Majalengka, Serikat Pekerja Tani Karawang, Pemersatu Petani Cianjur, Paguyuban Petani Suryakencana Sukabumi, Pergerakan Petani Banten, dan Serikat Tani Mandiri Cilacap.
Ketua Pergerakan Petani Banten (P2B) Abay Haetami menyebut konflik lahan di wilayah Banten melibatkan aparat militer. Menurutnya, konflik juga terjadi di pesisir Ujung Kulon.
“Di wilayah Banten banyak terjadi konflik antara petani dan aparat militer yang atas nama ketahanan pangan mengambil alih tanah rakyat, menghancurkan pohon dan tanaman yang telah bertahun-tahun menjadi tulang punggung ekonomi keluarga dan menggantinya dengan jagung,” kata Abay.
“Konflik di pesisir Ujung Kulon juga banyak terjadi ketika nelayan tak boleh menghampiri pulau untuk berlindung dari cuaca buruk di laut, malah dituduh sebagai pencuri,” sambungnya.
Generasi muda petani turut terlibat. May Putri Evitasari dari Paguyuban Petani Aryo Blitar menilai redistribusi lahan penting untuk masa depan mereka.
“Kami di desa sangat kesulitan mengakses pendidikan yang layak, tapi di sisi lain tanah orangtua kami tidak ada lagi, jadi kami terpaksa bekerja ke kota atau keluar negeri jadi tenaga kerja wanita, sesuatu yang sesungguhnya tidak kami inginkan,” kata May.
No Comments