Airlangga Hartanto. (Antara)
PRIORITAS, 25/7/25 (Jakarta): Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menanggapi ketertarikan Amerika Serikat terhadap tembaga asal Indonesia. Amerika disebut menginginkan akses penuh terhadap komoditas tersebut karena dianggap memiliki kualitas yang sangat baik.
Airlangga menyatakan, Indonesia bersedia mengabulkan permintaan Amerika Serikat, asalkan seluruh prosesnya sesuai dengan regulasi yang berlaku di dalam negeri. Ia menegaskan, tembaga yang akan diekspor sudah melewati tahap hilirisasi dan bukan dalam bentuk mentah atau ore nikel.
“Jadi kita bicara critical mineral itu bagian dari industrial komoditas. Jadi formatnya bukan ore, tetapi sebagai industrial produk,” ungkap Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, (25/7/25).
“Dan ini sudah dilakukan oleh Amerika sejak tahun 1967. Oleh karena itu Presiden Amerika menyebut Indonesia kuat di tembaga,” ujarnya, dikutip dari Beritasatu.com.
Airlangga mengungkapkan, Indonesia melalui Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) siap berkolaborasi untuk membangun ekosistem mineral kritis, baik di Indonesia maupun AS. Saat ini, Danantara telah melakukan komunikasi dengan US Development Finance Corporation.
“Selanjutnya juga sudah ada pembicaraan antara Danantara dengan Development Finance Corporation untuk membiayai investasi ekosistem di bidang mineral,” tuturnya.
Tarif dirurunkan menjadi 19 persen
Sebagai tambahan informasi, Indonesia dan Amerika Serikat telah mencapai kesepakatan dalam negosiasi tarif, di mana tarif yang sebelumnya sebesar 32 persen kini diturunkan menjadi 19 persen.
Kesepakatan ini terjadi setelah Pemerintah Indonesia memberikan sejumlah penawaran. Seperti pembelian produk energi hingga pertanian yang jumlahnya US$19,5 miliar.
Selain itu, salah satu kesepakatan lainnya adalah Amerika menginginkan produk tembaga dari Indonesia yang disebut memiliki kualitas tinggi. AS juga ingin akses dan jumlah yang lebih baik. (P-Zamir)
