PRIORITAS, 6/10/25 (Jakarta): Resep berupa tulisan dokter seperti cakar ayam dan hanya dapat dipahami oleh apoteker adalah lelucon yang umum di India serta di seluruh dunia.
Hanya saja perintah terbaru yang menekankan tulisan tangan harus jelas baru-baru ini datang dari Pengadilan Tinggi Punjab dan Haryana di India.
Lewat putusannya, pengadilan tersebut menyatakan bahwa “resep medis yang bisa terbaca adalah hak asasi” karena dapat menentukan hidup dan mati.
Adapun perintah pengadilan tersebut muncul dalam kasus yang tidak ada hubungannya dengan tulisan tangan, tapi kasus dugaan pemerkosaan, penipuan, dan pemalsuan.
Kasus tersebut, seorang perempuan menuduh seorang pria telah mengambil uang darinya dengan menjanjikan pekerjaan di pemerintahan. Sang pria dituduh melakukan wawancara palsu dan mengeksploitasinya secara seksual.
Pria itu membantah tuduhan tersebut. Dia mengatakan mereka berhubungan suka sama suka dan kasus itu diajukan karena perselisihan soal uang.
Adapun bukti dalam sidang itu berupa laporan medis seorang dokter pemerintah yang memeriksa perempuan tersebut. Hakim Jasgurpreet Singh Puri yang menangani kasus itu mengaku tidak bisa memahami laporan medis.
“Hal itu mengguncang hati nurani pengadilan ini karena bahkan satu kata atau satu huruf pun tidak terbaca,” tulisnya dalam putusan tersebut sebagaimana dilansirdari BBC News..
Pihak BBC telah melihat salinan putusan pengadilan yang melampirkan laporan medis tersebut serta resep dua halaman berisi coretan dokter yang tidak terbaca.
“Pada masa ketika teknologi dan komputer mudah diakses, sungguh mengejutkan bahwa dokter pemerintah masih menulis resep dengan tulisan tangan yang tidak dapat dibaca oleh siapa pun kecuali mungkin beberapa ahli kimia,” kata Hakim Puri.
Pelajaran menulis
Pihak pengadilan meminta pemerintah untuk memasukkan pelajaran menulis tangan ke dalam kurikulum kuliah kedokteran dan menetapkan jangka waktu dua tahun untuk meluncurkan resep digital.
“Jika hal itu belum terwujud, semua dokter harus menulis resep dengan jelas menggunakan huruf kapital,” tambah Hakim Puri.
Sementara itu, Dr Dilip Bhanushali, presiden Asosiasi Medis India yang beranggotakan lebih dari 330.000 dokter, mengatakan kepada BBC mereka bersedia membantu menemukan solusi untuk masalah ini. Di kota-kota besar, katanya, dokter telah beralih ke resep digital. Namun, sangat sulit untuk mendapatkan resep yang jelas di daerah pedesaan dan kota-kota kecil.
“Sudah menjadi fakta umum bahwa banyak dokter memiliki tulisan tangan yang buruk, tetapi itu karena sebagian besar praktisi medis sangat sibuk, terutama di rumah sakit pemerintah yang penuh sesak,” ungkapnya.
“Kami telah menyarankan anggota kami untuk mengikuti pedoman pemerintah dan menulis resep dengan huruf tebal yang mudah dibaca oleh pasien dan apoteker. Seorang dokter yang menangani tujuh pasien sehari bisa melakukannya, tetapi jika menangani 70 pasien sehari, dokter tidak bisa melakukannya,” katanya lagi.
Sementara itu Baru-baru ini, di Skotlandia, seorang perempuan mengalami cedera setelah ia secara keliru diberi krim disfungsi ereksi untuk mengatasi kondisi mata kering. (P-*r/am)
No Comments