PRIORITAS, 25/8/25 (Jakarta): Guna melindungi industri otomotif di Eropa sekaligus merespons subsidi kendaraan listrik murni (BEV) dari Tiongkok, Uni Eropa mulai menerapkan tarif tinggi terhadap mobil berbasis baterai sejak Oktober 2024.
Namun kebijakan tersebut justru membuka celah bagi produsen asal Tiongkok, yang kemudian beralih fokus pada mobil hybrid karena beban tarifnya lebih rendah.
Dataforce yang dikutip Carscoops mencatat, BYD berhasil melepas lebih dari 20.000 unit plug-in hybrid (PHEV) di Eropa selama semester pertama tahun ini, jumlah yang lebih dari tiga kali lipat total impor PHEV sepanjang 2024.
MG juga meningkatkan impor
Di sisi lain, MG juga meningkatkan impor PHEV pada periode Januari–Juni 2025, melampaui total impor sepanjang tahun sebelumnya.
Di Jerman, langkah ini terbukti efektif. Setiap BEV BYD dikenakan tarif 10 persen ditambah bea tambahan 17 persen, sehingga totalnya mencapai 27 persen. Untuk SUV listrik seperti Atto 3, beban tarif itu menambah harga sekitar 10.000 Euro atau Rp185 juta.
Sebaliknya, BYD Seal U berteknologi plug-in hybrid hanya terkena bea masuk sekitar 3.999 Euro atau Rp74 juta dari harga dasar.
Perbedaan tarif yang signifikan ini membuat harga jual mobil hybrid jauh lebih kompetitif, sehingga konsumen Eropa cenderung lebih memilih varian tersebut. (P-Zamir)