PRIORITAS, 22/8/25 (Jakarta): Indonesia resmi memasuki era baru energi hijau. Pesawat komersial kini bisa terbang menggunakan bahan bakar berbasis minyak jelantah atau used cooking oil yang sudah diolah Pertamina menjadi Sustainable Aviation Fuel (SAF).
Penerbangan perdana berlangsung Kamis (21/8/25) dengan rute Jakarta–Bali menggunakan armada Pelita Air. Langkah ini menandai dimulainya pemanfaatan bioavtur sebagai pengganti avtur fosil di sektor penerbangan.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana mengatakan program ini selaras dengan agenda prioritas Presiden Prabowo.
“Ini adalah program Pak Presiden, Asta Cita harus terus kita laksanakan. Ketahanan energi, dan untuk yang ini tidak hanya ketahanan energinya, tapi juga swasembadanya. Jadi kemandiriannya juga semakin kuat,” ujar Dadan, Jumat (22/8/25).
Mampu pangkas emisi karbon
Pertamina menyebut SAF berbahan jelantah mampu memangkas emisi karbon hingga 84 persen dibandingkan avtur fosil. Teknologi produksi dilakukan di Kilang RU IV Cilacap, hasil kolaborasi sejak 2021 dengan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Secara teknis, bioavtur RU IV sudah memenuhi standar internasional ASTM D1655 dan DefStan 91-091. Standar itu wajib dipenuhi agar bahan bakar bisa digunakan aman pada pesawat terbang komersial maupun militer.
Untuk menjamin ketersediaan bahan baku, Pertamina menggandeng masyarakat lewat 35 titik pengumpulan minyak jelantah. Warga yang menyetor minyak bekas mendapat insentif saldo rupiah, sekaligus membantu mengurangi limbah rumah tangga.
Dadan menekankan transisi energi hijau ini bukan lagi wacana. Ia menyebut langkah tersebut hasil rangkaian proses praktis, mulai pengembangan biodiesel, bioavtur, hingga bioetanol.
“Pertamina bersama seluruh stakeholders sudah membuktikan kita ini raja untuk biodiesel di dunia. Tidak ada yang mengalahkan untuk yang ini. Tapi kita masih punya tantangan untuk yang bioetanol. Banyak pekerjaan sudah dilakukan, memang kami mengajak bahwa tidak bisa hanya sektor hilir yang bertanggung jawab,” tuturnya.
Transisi energi nyata
Direktur Utama (Dirut) Kilang Pertamina Internasional (KPI), Taufik Aditiyawarman, menegaskan penerbangan ini menandai transisi energi nyata.
“PertaminaSAF adalah sebuah langkah besar dalam dunia aviasi di Indonesia. Penerbangan spesial ini sekaligus menjadi bukti kalau KPI bisa menjadi pelopor energi hijau di Indonesia. Produk ini membuktikan bahwa kita memiliki kapabilitas dalam memproduksi produk bahan bakar pesawat masa depan,” ungkap Taufik.
Menurut Taufik, PertaminaSAF tidak hanya ramah lingkungan, tapi juga berstandar internasional. Produk ini sudah memperoleh sertifikat keberlanjutan ISCC CORSIA, dengan kualitas titik beku melampaui standar global.
“PertaminaSAF tidak akan membeku di kondisi ekstrem, sehingga aman digunakan selama penerbangan. Aspek keselamatan yang sesuai bahkan melebihi standar internasional menjadikan produk ini memiliki nilai tambah yang semakin tinggi,” tutur Taufik.
Pertamina memastikan bioavtur jelantah siap diproduksi di kilang lain, termasuk Dumai dan Balongan. Dengan begitu, pasokan SAF untuk industri aviasi di Indonesia dapat semakin stabil, sekaligus menurunkan ketergantungan pada avtur fosil. (P-Khalied M)