33.3 C
Jakarta
Saturday, August 23, 2025

    Kelapa laku keras di pasar dunia, tapi Indonesia kekurangan stok

    Terkait

    PRIORITAS, 21/8/25 (Jakarta): Kelapa Indonesia laku keras di pasar ekspor dunia. Namun Indonesia saat ini mulai kekurangan stok dan sedang mengalami penurunan produktivitas kelapa.

    Berdasarkan Badan Karantina Indonesia, ekspor kelapa bulat ke luar negeri pada Januari – Februari 2025 mencapai 181.500 ton dan meningkat 29,84 persen secara bulanan.

    Pasar ekspor yang menggembirakan itu, ternyata tidak dibarengi stok yang memadai. Demikian seperti dikutip Beritaprioritas dari Media Perkebunan, hari Kamis (21/8/25).

    Pada 2024, luas perkebunan kelapa di Indonesia sendiri hanya 3,3 juta ha, umumnya milik smallholders dengan luas lahan 0,5-2,0 ha.

    Selain banyak pohon kelapa yang sudah tua dan kurang produktif (umur di atas 60 tahun) bahkan tak sedikit sudah mati. Juga umumnya tanaman kelapa di Indonesia tidak dipupuk dan dipelihara dengan baik, sehingga mudah terserang hama serta penyakit.

    El Nino pada tahun 2023 juga telah menurunkan produksi kelapa Indonesia 50-60 persen.

    Modal dan benih yang terbatas serta aturan regulasi sistem penyebaran benih, dinilai membuat peremajaan kelapa di Indonesia berjalan lambat.

    Banyak masalah

    Seorang pensiun Peneliti Utama di Divisi Tanaman Palma-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Manado, Prof Dr Ir Hengky Noviarianto, MS, dalam ‘webinar’ “Pengembangan Kebun Sumber Benih Kelapa” pada hari Selasa (19/8/25), menjelaskan banyak masalah yang dihadapi industri kelapa saat ini, sehingga mengakibatkan produksi dan produktivitas tanaman kelapa rendah.

    “Beberapa masalah tentang sistem distribusi bibit antara lain mengenai sumber benih yang tersebar, pembatasan regulasi, biaya transportasi tinggi, ketersediaan terbatas dari pohon induk terpilih (PIT), dan keterlambatan implementasi kebijakan kebun benih,” jelasnya.

    Sumber benih yang tersebar di banyak provinsi dan pulau dinilai ikut menyulitkan logistik. Lalu, varietas unggul bersertifikat diperlukan untuk distribusi nasional, varietas lokal dapat beredar di provinsi asalnya.

    Kemudian, memindahkan bibit dan buah ke berbagai pulau membutuhkan biaya mahal, karena volume yang besar dan tantangan logistik.

    Disebut Prof Hengky, peraturan yang mewajibkan kebun benih untuk setiap varietas yang dirilis juga belum sepenuhnya ditegakkan.

    Banyak varietas super

    Indonesia sendiri memiliki beberapa varietas superior dari hasil pemuliaan 1983 – 2025, di antaranya Tall coconut dengan 34 varietas, Dwarf coconut dengan 14 varietas, dan Hybrid coconut dengan 10 varietas.

    Menurut data, ada 40 varietas kelapa yang telah dirilis sejak tahun 1983 sampai Maret 2025.

    “Potensi produksi benih unggul dari varietas kelapa ada 3 juta butir, tetapi apakah sebanding dengan program Peremajaan Kelapa Rakyat (PKR) Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun)?” tanya Prof. Hengky.

    Ia menyebutkan, program PKR Ditjenbun sendiri dicanangkan akan menanam 500.000 ha tanaman kelapa selama tiga tahun. “Asumsi 1 ha ditanam 100 pohon, maka dibutuhkan 50 juta bibit dalam jangka waktu 3 tahun, atau 16.666.666 bibit kelapa. Dari kebun sumber benih kelapa mana bibit sebanyak ini dapat disuplai?” tanyanya lagi.

    Menurutnya, program penanaman kelapa rakyat Ditjenbun, tidak sesuai dengan potensi produksi benih saat ini.

    Benih kelapa dalam

    Ia menyarankan dana Peremajaan Kelapa Rakyat dapat dimanfaatkan untuk menambah Pohon Induk Terpilih dari varietas unggul, memanfaatkan PIT unggul lokal yang sebelumnya telah disertifikasi, dan menambah BPT serta PIT dari unggul lokal baru.

    Kemudian, pengembangan kebun sumber benih kelapa Dalam dilakukan di beberapa kabupaten yang memiliki kebun benih varietas kelapa Dalam unggul. Benih untuk kebun sumber benih harus diseleksi dari PIT terbaik dan pengembangan kebun sumber benih 5-10 ha.

    Untuk luas kebun 5-10 ha, dibutuhkan benih kelapa Dalam sebanyak 1.100 – 2.200 butir. Jika telah berproduksi optimal sesudah 12 tahun, maka dapat menghasilkan produksi 50.000 – 100.000 butir per tahun.

    Jumlah buah dapat diseleksi benih sekitar 40.000 – 80.000 butir. “Jumlah benih ini dapat dipakai untuk menanam lahan baru seluas 100-200 ha,” paparnya.

    Dengan adanya pengembangan kebun sumber benih kelapa, akan berdampak pada peningkatan ketersediaan benih kelapa unggul, peningkatan penanaman dan peremajaan kelapa dan akhirnya peningkatan produksi kelapa sebagai bahan baku keberlanjutan Industri Kelapa Terpadu.

    Prof. Hengky juga berharap, kelapa Indonesia tidak hanya bergantung dari ekspor. Namun, juga peningkatan nilai jual kelapa dan ini memerlukan bantuan dari Ditjenbun. (P-Jeffry W)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    spot_img

    Terkini