PRIORITAS, 27/7/25 (Jakarta): Kebanyakan masyarakat Barat membersihkan diri dengan tisu toilet, sedangkan di Indonesia dan negara-negara Timur, air menjadi pilihan utama. Perbedaan ini bukan hanya soal kebiasaan, melainkan juga dipengaruhi oleh iklim, budaya, dan pola konsumsi.
Menurut riset Toilet Hygiene in the Classical Era (2012), tisu pertama kali digunakan di China. Di Eropa, penggunaannya baru populer pada abad ke-16 dan sempat dianggap kurang efektif untuk kebersihan.
Iklim dingin di Barat membuat orang enggan menggunakan air, sementara masyarakat di daerah tropis merasa lebih nyaman karena cuaca yang panas serta nilai-nilai keagamaan yang menekankan pentingnya bersuci dengan air.
Faktor pola makan juga memengaruhi pilihan. Konsumsi rendah serat di negara Barat menghasilkan feses lebih padat, sehingga mudah dibersihkan dengan tisu. Sebaliknya, masyarakat Asia dan Afrika cenderung mengonsumsi makanan tinggi serat, yang lebih cocok dibersihkan dengan air.
Dari sisi medis, air dinilai lebih higienis karena mampu menghilangkan kotoran secara menyeluruh, sementara tisu hanya menyeka permukaan. Hingga kini, metode pembersihan ini tetap berbeda di berbagai belahan dunia, karena telah melekat dalam budaya masing-masing. (P-Khalied M)