27.9 C
Jakarta
Friday, July 11, 2025

    Meski ditekan Amerika Serikat, Israel tetap tak mau keluar dari Jalur Gaza

    Terkait

    PRIORITAS, 10/7/25 (Washington): Israel memberi isyarat akan menyetujui gencatan senjata dengan militan Hamas. Namun meski mendapat tekanan dari Amerika Serikat (AS), Israel tetap tidak mau keluar sepenuhnya dari Jalur Gaza.

    Presiden AS, Donald Trump dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, melakukan pertemuan mendadak  kedua kali di Gedung Putih dalam waktu kurang dari 24 jam, khusus membahas gencatan senjata di Jalur Gaza.

    PM Israel sebenarnya sudah melakukan pertemuan tertutup dengan Trump, setibanya di Washington, hari Senin 7 Juli 2025.

    Pertemuan mendadak di Ruang Oval—pertemuan keempat Netanyahu dengan Trump dalam enam bulan—hampir seluruhnya berfokus pada Jalur Gaza.

    Dua sumber yang mengetahui negosiasi tersebut mengatakan kepada Sky News Inggris, Presiden Trump telah meningkatkan tekanan terhadap Israel untuk menyelesaikan kesepakatan.

    “Tekanan Amerika telah dimulai, dan malam ini akan sangat berat,” kata seorang sumber AS kepada media tersebut, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari Ynetnews, hari Kamis (10/7/25).

    Netanyahu tiba tanpa pemberitahuan publik dan meninggalkan Gedung Putih setelah sekitar 90 menit, tanpa menyampaikan pernyataan bersama.

    Wakil Presiden AS, JD Vance, juga terlihat menghadiri pertemuan tersebut dan kemudian mengadakan pertemuan singkat dengan pemimpin Israel itu.

    Tiga tujuan perang

    Sumber-sumber melaporkan,  Presiden AS memberikan “tekanan maksimum” kepada Netanyahu terkait upaya mencapai gencatan senjata di Jalur Gaza itu.

    Meski mendapat tekanan dari Trump, PM Netanyahu, tetap tak mau pasukan Israel keluar dari Jalur Gaza, sesuai tuntutan militan Hamas dalam proposal gencatan senjata dua bulan (60 hari) yang disponsori Amerika Serikat.

    Netanyahu mengatakan, Israel tetap berkomitmen pada tiga tujuan perangnya, yaitu membebaskan semua sandera, melucuti kemampuan militer dan menyingkirkan militan Hamas, serta memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi warga sipil Israel.

    Israel berkeras mempertahankan penguasaan koridor Morag sepanjang 12 kilometer dan lebar 1,5 kilometer, sebagai basis militer Israel mengontrol jalur Gaza.

    Netanyahu berpendapat koridor Morag itu penting, untuk mencegah militan Hamas membangun kembali persenjataannya melalui terowongan atau penyelundupan lintas batas.

    Koridor yang dibangun ketika militer Israel menyerang posisi brigade Rafah militan Hamas itu, membelah Rafah dan Khan Younis di selatan jalur Gaza.

    Koridor itu, hampir sejajar dengan koridor Philadelphia, yang terletak berbatasan dengan negara Mesir.

    Brigade Rafah militan Hamas, dideteksi sering melakukan penyelundupan senjata dari perbatasan itu ke dalam Jalur Gaza, baik melalui terowongan rahasia maupun lewat drone udara.

    PM Netayahu mengatakan, Israel harus tetap mengontrol keamanan di Jalur Gaza, karena tidak ingin tragedi 7 Oktober 2023 lalu terulang lagi. “Kami Israel tidak ingin tragedi itu terulang”, tegas Netanyahu.

    Saat itu militan Hamas dan pendukungnya Jihad Islam di Jalur Gaza, menyerang festival musik dan pemukiman di perbatasan Israel Selatan, membunuh 2500 warga dan menyandera 250 orang.

    Hingga kini militan Hamas masih menahan 49 sandera Israel. Sebanyak 25 sandera diyakini telah tewas dibunuh militan Hamas dan Jihad Islam.

    Fokus bebaskan sandera

    Mengenai negosiasi kesepakatan gencatan senjata dengan militan Hamas, PM Israel mengaku tidak mau menghianati perjuangan para prajuritnya di medan perang Jalur Gaza.

    “Tekanan militer diberikan para prajurit pemberani kami. Tragisnya, upaya ini harus dibayar dengan harga yang mahal, dengan gugurnya putra-putra terbaik kami”, katanya.

    Ia juga mengemukakan Israel tetap berusaha membebaskan seluruh sandera yang ditawan militan Hamas.

    “Kami fokus pada semua upaya untuk mengamankan pembebasan para korban penculikan kami. Kami tidak akan berhenti—bahkan untuk sesaat,” tegas Netanyahu.

    Negosiasi gencatan senjata tidak langsung yang dimediasi Qatar hampir mencapai titik temu.

    Presiden AS, Donald Trump, mengatakan Hamas dan Israel semakin dekat mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata dan pembebasan sandera.

    “Saya beri tahu Anda, kita sudah sangat dekat dengan kesepakatan. Saya tidak tahu apakah ini rahasia atau tidak, tetapi itu tidak masalah bagi saya. Rahasia itu baik jika itu membawa kita ke tempat yang kita inginkan. Kita ingin gencatan senjata, kita ingin perdamaian. Kita ingin mendapatkan kembali para sandera. Dan saya pikir kita hampir mencapainya”, ujarnya.

    Menurut sumber, hanya satu perselisihan besar yang tersisa antara Israel dan militan Hamas, yaitu PM Netanyahu tak ingin keluar sepenuhnya dari Jalur Gaza.

    Kedua belah pihak sedang membahas kesepakatan gencatan senjata mencakup pembebasan 10 sandera hidup Israel dalam dua tahap.

    Juga pemulangan 18 jenazah sandera Israel yang dibunuh militan Hamas, pembebasan teroris Palestina dari penjara Israel, dan perluasan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Trump akan bertindak sebagai penjamin untuk negosiasi lanjutan.(P-Jeffry W)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini