32.1 C
Jakarta
Wednesday, July 9, 2025

    Semakin banyak pasangan muda Singapura bercerai

    Terkait

    PRIORITAS, 8/7/25 (Singapura): Angka perceraian di Singapura rata-rata adalah pasangan usia muda, kurang dari 50 tahun.  Total 7.382 perceraian. Jumlah ini meningkat 3,7 persen dari 7.118 perceraian pada tahun 2023.

    Menurut data dari Departemen statistik Singapura, SingStat,  selama 10 tahun terakhir, usia rata-rata perceraian 42,6 tahun pada tahun 2014.

    Pada tahun 2024, usia rata-rata yang bercerai menjadi 44,4 tahun untuk pria.

    Sementara untuk wanita yang bercerai tercatat dari 38,4 tahun menjadi 40,9 tahun.

    Durasi rata-rata pernikahan untuk perceraian pada tahun 2024 paling tinggi 11,1 tahun, hanya lebih lama sedikit dibanding 10,4 tahun pada 2014 lalu. Demikian seperti dikutip Beritaprioritas.com dari Channel News Asia (CNA), hari Selasa (8/7/25)

    Pasangan yang menikah selama lima hingga sembilan tahun merupakan kelompok terbesar, yang mencakup 29 persen perceraian pada tahun 2024, menurut temuan tersebut.

    Walau begitu, pasangan yang menikah antara tahun 2006 dan 2013 memiliki angka perceraian yang lebih rendah sebelum 10 tahun pertama, jika dibandingkan dengan kelompok pernikahan tahun 2005.

    Proporsi kumulatif perceraian sebelum ulang tahun pernikahan ke-10, menurun dari 17 persen untuk kelompok pernikahan tahun 2005 menjadi 14,4 31persen untuk kelompok pernikahan tahun 2013.

    Pernikahan juga menurun

    Penurunan terbesar juga terjadi dalam jumlah pernikahan melibatkan pengantin pria dan wanita berusia 25 hingga 34 tahun.

    Sebanyak 15.213 pengantin wanita dalam rentang usia ini menikah tahun lalu, turun 8,9 persen dari 2023 sebanyak 16.707.

    Singapura mencatat angka pernikahan pada 2024 mengalami penurunan 7 persen dibandingkan tahun 2023.

    Pada 2024 tercatat ada 26.328 pernikahan, lebih rendah dibandingkan 2023 sebanyak 28.310 pernikahan.

    Dalam laporan tren keluarga Kementerian Sosial dan Pembangunan Keluarga (MSF) Singapura, menunjukkan penurunan pernikahan di hampir semua kelompok umur pada 2024 dibandingkan dengan tahun 2023.

    Penurunan terbesar pada jumlah perkawinan yang melibatkan pengantin pria dan wanita berusia 25 hingga 34 tahun.

    Sebanyak 15.213 pengantin dalam rentang usia ini menikah tahun lalu, turun 8,9 persen dari 16.707 pada tahun 2023.

    Demikian pula, 13.615 mempelai pria berusia 25 hingga 34 tahun menikah pada tahun 2024, turun 9 persen dari 14.956 pada tahun 2023.

    Dari semua pernikahan tahun lalu, 21.144 merupakan pernikahan sipil, turun dari 22.914 pada tahun 2023.

    Bagi pengantin pria, usia harapan hidup meningkat dari 30,2 tahun pada tahun 2014 menjadi 31,1 tahun pada tahun 2024, dan dari 28,2 menjadi 29,6 tahun bagi pengantin wanita pada periode yang sama.

    Tidak diketahui pasti mengapa perceraian di Singapura makin banyak terjadi.

    Ada analisa menyebutkan angka perceraian di Singapura telah meningkat, dengan beberapa faktor yang berkontribusi terhadap tren ini.

    Meskipun angka perceraian secara keseluruhan bukanlah yang tertinggi, demografi dan alasan perceraian tertentu telah menjadi lebih menonjol.

    Salahsatu disebutkan, proses percerian di Singapura kini semakin mudah dibanding sebelum tahun 2024 lalu.

    Kesepakatan bersama

    Mulai 1 Juli 2024, jika kedua belah pihak sepakat pernikahan mereka telah berakhir dan tidak dapat diperbaiki lagi, mereka dapat mengajukan gugatan cerai dengan mengutip Divorce by Mutual Agreement (DMA) atau Perceraian dengan Kesepakatan Bersama.

    Di Singapura, istilah itu adalah perceraian di mana kedua pasangan telah sepakat untuk mengakhiri pernikahan mereka secara bersama-sama.

    Mereka tidak perlu saling menyalahkan atau berpisah selama 3 tahun.

    Mereka hanya perlu memutuskan mengenai anak-anak dan keuangan yang menyertai perceraian.

    Karena keputusan-keputusan ini telah dibuat, dan jika dokumen-dokumennya sudah lengkap, tidak perlu lagi hadir di pengadilan atau sidang pengadilan.

    Rute perceraian ini jauh lebih murah dan cepat daripada “perceraian yang diperebutkan,” di mana kedua belah pihak tidak dapat mencapai keputusan secara damai.

    Tanpa perlu bukti kesalahan

    Undang-undang baru mengenai perceraian, yang mengubah Piagam Perempuan, mulai berlaku pada 1 Juli 2024.

    Parlemen Singapura mengubah Piagam Perempuan pada 10 Januari 2021 dan memperkenalkan Perceraian berdasarkan Kesepakatan Bersama (DMA) sebagai opsi keenam.

    Hal ini yang memungkinkan pasangan untuk mengajukan gugatan cerai, jika mereka sepakat pernikahan telah rusak dan tidak dapat diperbaiki lagi.

    Sebelum undang-undang baru tersebut berlaku, pasangan hanya bisa bercerai jika mereka bisa membuktikan pernikahan mereka telah rusak tak dapat diperbaiki lagi.

    Satu dari lima alasannya yaitu perzinahan, perilaku tak masuk akal, penelantaran, perpisahan tiga tahun (dengan persetujuan) dan perpisahan empat tahun (tanpa persetujuan).

    Undang-undang perceraian yang baru di Singapura memungkinkan pasangan untuk bercerai tanpa perlu membuktikan kesalahan atau perpisahan.

    Menurut syarat ‘perceraian berdasarkan kesepakatan bersama’, secara hukum, pasangan yang sudah menikah hanya perlu menunjukkan mereka telah menikah selama minimal 3 tahun dan telah mencoba untuk berdamai.(P-Jeffry W

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini