PRIORITAS, 5/7/25 (Jakarta): Denny Wahyudi geleng-geleng kepala saat membaca daftar peringkat universitas terbaik dunia tahun ini. Komedian yang kini duduk di Komisi X DPR itu menyayangkan kualitas perguruan tinggi Indonesia yang belum juga naik kelas.
Ia menyampaikan keprihatinan ini saat rapat kerja bersama Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, awal Juli lalu. Berdasarkan data QS World University Rankings 2026, hanya lima universitas dari Indonesia yang masuk 500 besar dunia.
Tak satu pun dari kelima kampus tersebut berhasil menembus peringkat 100 besar. Sementara itu, mayoritas negara tetangga sudah berhasil menempatkan kampus unggulannya di level tersebut.
Kesenjangan wilayah ikut memperparah kondisi. Akses pendidikan tinggi di luar Pulau Jawa tertinggal jauh dibandingkan kampus-kampus di Jakarta dan Jawa Tengah.
Denny menyebut, angka partisipasi kasar (APK) wilayah timur Indonesia masih di bawah rata-rata nasional.
Akses pendidikan timpang
“Kalau berdasarkan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan, akses pendidikan tinggi antarwilayah masih belum signifikan,” ujar pria yang akrab disapa Denny “Cagur” ini dalam rapat yang disiarkan kanal YouTube Komisi X, Kamis (3/7/25).
Ia menekankan pentingnya penyusunan RKAKL 2026 untuk menjawab ketimpangan mutu dan akses. Pemerintah dinilai perlu membangun peta jalan yang konkret.
“RKAKL 2026 harus mendukung peningkatan akses dan mutu pendidikan tinggi yang berkeadilan. Ini momentum untuk memperkuat kualitas lulusan, riset, dan inovasi teknologi nasional,” tegas legislator Komisi X itu, seperti dikutip Beritaprioritas dari Beritasatu.com.
Jumlah perguruan tinggi di Indonesia kini mencapai 4.500 institusi. Tapi APK pendidikan tinggi Indonesia masih 38,4 persen pada 2024.
“Artinya, kita masih punya PR besar untuk mengejar ketertinggalan akses pendidikan tinggi nasional,” lanjut Denny Wahyudi sambil membandingkan dengan Malaysia (45%) dan Thailand (50%). (P-Khalied Malvino)