28.9 C
Jakarta
Sunday, August 24, 2025

    Produksi udang vaname Indonesia di pasar dunia menurun, dilewati India dan Vietnam

    Terkait

    PRIORITAS, 29/6/25 (Makassar): Mantan Tenaga Ahli Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Dr Hasanuddin Atjo MP  merasa terkejut ketika melihat  keragaan data produksi udang  vanane dunia. Data dirilis narasumber Erwin Termaat (Kontali Norwegia) pada acara Shrimp Summit, berlangsung tanggal 22-25 Juni 2025, di Grand Hyatt Bali, Nusa Dua.

    “Saya terkejut melihat data yang dirilis Erwin Termaat, memprediksi bahwa tahun 2025 produksi vaname  Indonesia hanya tumbuh plus 6 persen,  yaitu naik menjadi 385.000 ton. Prestasi ini jauh di bawah ambisi target produksi udang 2 juta ton tahun 2024 yang direncanakan Kementerian Kelautan Perikanan (KKP),” kata Dr Hasanuddin Atjo MP yang dikenal sebagai inovator budidaya udang vaname sistem supra intensif kepada Beritaprioritas Minggu (29/6/25) lewat pesan WhatApp.

    Menurut Atjo, produksi vaname India dan Vietnam diperkirakan  pada tahun yang sama naik sebesar plus 5 persen menjadi 1.106.000 ton dan 704.000 ton. Selanjutnya Equador menjadi top produsen dengan produksi vaname sebesar 1.538.000 ton dan tumbuh sebesar 10 persen.

    Dr Hasanuddin Atjo MP. ( Dok. Pribadi).

    China konsumen udang terbesar

    Hasanuddin Atjo mengungkapkan, China pada saat ini merupakan  konsumen udang terbesar. Dan hanya mampu memproduksi udang pada pada tahun 2025 diperkirakan sebesar 992.000 ton dengan laju pertumbuhan plus 5 persen. Negara yang warganya senang konsumsi  seafood diperkirakan kesulitan meningkatkan produksi karena keterbatasan lahan.

    “Negara ini, tahun sebelumnya masih harus mengimpor udang sebesar 1 juta ton,  memenuhi kebutuhan warganya yang saat ini berjumlah 1,408 milyar jiwa dan berada pada urutan kedua setelah India. Dan peluang ini diperebutkan sejumlah negara produsen. Equador jadi pemasok utama memenuhi kebutuhan tersebut dengan kontribusi hampir 70 persen, disusul oleh India dan Vietnam. Sementara Indonesia baru mamasok sebesar satu persen, sekitar 10.800 ton. Ini merupakan peluang yang harus dimanfaatkan” ujar Atjo.

    Sesuai catatan, ekspor udang Indonesia pada tahun 2024 sebesar 215 ribu ton, dan 70 persen di antaranya tujuan Amerika Serikat, sisanya tujuan Jepang dan Uni Eropa. Daya beli masyarakat Amerika dalam beberapa tahun terakhir cenderung turun karena resesi ekonomi.

    “Ini jadi tantangan baru pemasaran untuk mengisi pasar China dan Uni Eropa serta Jepang menuntut mutu udang yang  lebih tinggi. Bahkan ke pasar China udang mesti diproses dalam kondisi hidup yang pada saat ini dikenal dengan istilah shrimp live cooked,” ujarnya.

    “Jika berpatokan pada potensi sumberdaya yang dimiliki Negara Kepulauan (Indonesia) ini, mestinya kita menjadi penghasil udang terbesar,” ungkapnya.

    Diterangkannya, Indonesia memiliki garis pantai hampir 100 ribu kilometer, terpanjang ke dua dunia. Dibanding Equador,  kata Atjo, yang hanya memiliki garis pantai pendek tidak lebih dari 3 ribu km,  Vietnam 3,2 ribu km dan India sekitar 8 ribu km. Ini bermakna bahwa mereka bisa memanfaatkan sumberdaya yang terbatas untuk kemajuan industri udangnya,” kata mantan Kepala Dinas Kelautan Perikanan Sulteng itu. (P-Elkana L.)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    spot_img

    Terkini