29.3 C
Jakarta
Tuesday, June 24, 2025

    Bom bunuh diri guncang gereja di Damaskus, 22 tewas

    Terkait

    Gereja Ortodoks Yunani mengecam serangan tersebut dan mendesak otoritas sementara Suriah untuk “mengambil tanggung jawab penuh. (BBC)

    PRIORITAS, 23/6/25 (Damaskus): Sedikitnya 22 orang tewas dan 63 lainnya luka-luka akibat serangan bom bunuh diri di sebuah gereja di Damaskus, menurut pernyataan Kementerian Kesehatan Suriah.

    Seorang pria melepaskan tembakan di Gereja Ortodoks Yunani Nabi Elias, yang terletak di lingkungan Dweila, saat ibadah Minggu malam, lalu meledakkan rompi berisi bahan peledak, menurut keterangan dari kementerian dalam negeri.

    Pelaku disebut memiliki keterkaitan dengan kelompok jihadis Negara Islam (ISIS). Hingga kini, belum ada pernyataan langsung dari kelompok tersebut.

    Foto dan video dari dalam gereja menunjukkan altar yang rusak parah, bangku-bangku dipenuhi pecahan kaca, dan darah terlihat menodai dinding. Seorang saksi bernama Lawrence Maamari mengatakan kepada kantor berita AFP, “seseorang masuk dari luar sambil membawa senjata” dan mulai menembak. Orang-orang “berusaha menghentikannya sebelum ia meledakkan diri”, tambahnya.

    Api di dalam gereja

    Seorang pria lain yang berada di toko dekat lokasi mengatakan, mendengar suara tembakan, diikuti ledakan besar yang membuat kaca beterbangan. “Kami melihat api di dalam gereja dan bangku-bangku kayu terlempar hingga ke pintu masuk,” ujar Ziad.

    Ini merupakan serangan pertama di Damaskus sejak pasukan pemberontak Islamis menggulingkan Bashar al-Assad pada bulan Desember, mengakhiri 13 tahun perang sipil yang menghancurkan negara itu.

    Informasi awal menyebutkan ledakan terjadi di pintu masuk gereja, menewaskan orang-orang yang berada di dalam gedung maupun di sekitarnya.

    Pihak gereja mendesak otoritas sementara Suriah untuk mengambil tanggung jawab penuh atas kejadian ini dan menjamin perlindungan terhadap seluruh warga, serta menjaga kesucian tempat ibadah.

    Menteri Dalam Negeri, Anas Khattab, menyatakan tim khusus telah mulai menyelidiki peristiwa yang ia sebut sebagai “kejahatan yang keji”. Ia menambahkan, “Aksi teror semacam ini tidak akan menghentikan upaya negara Suriah dalam membangun perdamaian sipil.”

    Kantor utusan khusus PBB untuk Suriah, Geir Pedersen, mengutuk serangan tersebut dan mengajak masyarakat Suriah untuk bersatu dalam menolak terorisme, ekstremisme, hasutan, dan penyerangan terhadap komunitas mana pun.

    Utusan khusus AS, Tom Barrack, menyatakan, “Tindakan pengecut seperti ini tidak punya tempat dalam tatanan baru Suriah yang sedang mengarah pada toleransi dan inklusi.”

    Presiden sementara, Ahmed al-Sharaa, pemimpin kelompok Sunni Islamis Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang merupakan mantan afiliasi al-Qaeda di Suriah dan telah dikategorikan sebagai organisasi teroris oleh PBB, AS, dan Inggris berulang kali berjanji akan melindungi kelompok agama dan etnis minoritas. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, dua gelombang kekerasan sektarian kembali mengguncang negara itu.

    Kelompok ISIS secara berkala menyerang komunitas Kristen dan minoritas agama lainnya di Suriah.

    Pada 2016, ISIS mengklaim rangkaian ledakan di dekat tempat suci Muslim Syiah Sayyida Zeinab di pinggiran selatan Damaskus, yang menewaskan lebih dari 70 orang.

    Kelompok ini pernah menguasai wilayah seluas 88.000 km² yang membentang dari barat Suriah hingga timur Irak, serta menaklukkan hampir delapan juta orang di bawah kekuasaannya yang brutal.

    Meskipun ISIS telah mengalami kekalahan militer di Suriah pada 2019, PBB memperingatkan bahwa ancaman dari kelompok ini dan afiliasinya masih tinggi.

    Laporan yang diterbitkan pada Februari memperkirakan ISIS bisa memanfaatkan masa transisi di Suriah untuk meningkatkan serangan dan menjadikan negara tersebut sebagai pusat baru rekrutmen pejuang asing seperti dilansir dari BBC.

    Diperkirakan terdapat antara 1.500 hingga 3.000 pejuang ISIS yang masih berada di Suriah dan Irak, dengan sebagian besar termasuk para pemimpin kunci beroperasi di wilayah Suriah. Sekitar 300 pejuang diyakini bersembunyi di gurun Badia di pusat negara, yang digunakan sebagai tempat perencanaan operasi luar negeri.

    Lebih dari 9.000 pejuang ISIS ditahan di berbagai penjara di timur laut Suriah, sementara sekitar 40.000 orang yang terkait dengan ISIS kebanyakan perempuan dan anak-anak ditahan di beberapa kamp pengungsian. (P-Gio R)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini