31.8 C
Jakarta
Friday, June 20, 2025

    Obicetrapib turunkan kolesterol jahat dan cegah serangan jantung

    Terkait

    PRIORIOTAS, 20/6/25 (Sydney): Sebuah uji klinis internasional mengungkap hasil menggembirakan dari obat baru bernama Obicetrapib. Pil ini berhasil menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan lipoprotein(a), dua biomarker utama penyebab penyakit jantung.

    Penelitian tersebut dilakukan Monash University, Australia, selama 12 pekan. Lebih dari 2.500 partisipan dengan riwayat kolesterol tinggi atau penyakit jantung genetik ikut serta dalam uji coba tersebut.

    Dalam prosesnya, para peserta dibagi ke dalam dua kelompok. Satu kelompok mengonsumsi Obicetrapib, sedangkan kelompok lainnya menerima plasebo sambil tetap melanjutkan terapi kolesterol standar mereka.

    Hasil pengamatan menunjukkan, penurunan kadar LDL sebesar 32,6 persen dan kadar Lp(a) sebesar 33,5 persen pada kelompok yang mengonsumsi Obicetrapib. Temuan ini dipresentasikan dalam Kongres European Atherosclerosis Society di Inggris, 15 Juni 2025.

    “Penurunan Lp(a) sangat signifikan, karena biasanya sulit diturunkan dengan terapi standar,” ujar Direktur Victorian Heart Institute Monash University, Stephen Nicholls, seperti diwartakan Kompas.com yang melansir Fox News, Jumat (20/6/25).

    Lebih lanjut, Nicholls menekankan pentingnya temuan ini bagi pasien berisiko tinggi yang tidak merespons pengobatan konvensional. Lp(a), menurutnya, bersifat genetik dan sulit dikendalikan tanpa terapi khusus.

    “Obat ini menawarkan kemudahan dan kemanjuran, serta mengatasi kesenjangan kritis bagi pasien yang telah kehabisan pilihan terapi yang tersedia,” lanjut Nicholls dalam pernyataan resmi Monash.

    Didukung data ilmiah

    Sementara itu, data ilmiah yang dirilis Times of India mendukung klaim tersebut. Lp(a) selama ini dikenal sebagai protein darah yang tidak bisa diturunkan dengan diet, olahraga, maupun obat kolesterol biasa.

    Secara medis, LDL dikenal sebagai kolesterol jahat karena membentuk plak yang menyumbat arteri. Jika dibiarkan, kondisi tersebut dapat memicu serangan jantung atau stroke.

    Sebaliknya, Lp(a) bekerja lebih tersembunyi. Walaupun tubuh memproduksinya secara alami, kadar berlebih dari protein ini meningkatkan risiko penyakit jantung secara drastis.

    Kendati demikian, para peneliti mengakui adanya keterbatasan dalam studi ini. Penelitian belum mengukur kejadian langsung seperti serangan jantung, hanya perubahan biomarker sebagai indikator risiko.

    Selain itu, seleksi peserta tidak berdasarkan kadar Lp(a) spesifik. Dengan demikian, efektivitas obat terhadap kelompok dengan kadar Lp(a) tinggi secara ekstrem masih memerlukan pengujian lebih lanjut. (P-Khalied Malvino)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini