PRIORITAS, 4/6/25 (Washington DC): Elon Musk mengecam rancangan undang-undang pajak dan belanja yang menjadi andalan Presiden Donald Trump, menyebutnya sebagai “aib yang menjijikkan.”
RUU tersebut mencakup pemotongan pajak triliunan dolar, peningkatan anggaran pertahanan, serta izin bagi pemerintah AS untuk menambah utang. DPR telah menyetujui rancangan ini pada Mei lalu.
Dalam unggahan di X pada Selasa, Musk menyatakan rasa kecewanya terhadap para legislator yang mendukungnya, mengatakan, “Malu bagi mereka yang memilihnya.”
Musk mundur dari pemerintahan pekan lalu setelah 129 hari memimpin tim efisiensi bernama Doge. Ini merupakan kritik publik pertamanya terhadap Trump sejak keluar dari pemerintahan. Sebelumnya, ia sempat menyebut rencana tersebut sebagai “mengecewakan.”
Masa tugas Musk di pemerintahan Trump berakhir pada 31 Mei, meskipun Trump mengatakan Musk akan tetap mendukung dari luar.
Dalam versi saat ini, RUU tersebut diperkirakan akan meningkatkan defisit anggaran hingga sekitar $600 miliar pada tahun fiskal berikutnya. Dalam unggahannya, Musk menyebut RUU ini penuh dengan pengeluaran tidak penting yang akan menaikkan defisit anggaran menjadi $2,5 triliun dan menambah beban utang rakyat Amerika secara signifikan.
Musk juga memberikan peringatan politik dengan menyerukan pemecatan politisi yang dianggap mengkhianati rakyat dalam pemilu tahun depan.
Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menanggapi komentar Musk dengan mengatakan presiden sudah mengetahui posisi Musk terhadap RUU tersebut dan tetap mendukung rancangan itu.
RUU ini juga mencakup perpanjangan pemotongan pajak dari era Trump tahun 2017, peningkatan belanja pertahanan, dan pendanaan deportasi massal imigran gelap, serta menaikkan batas utang negara menjadi $4 triliun.
Komentar Musk mencerminkan ketegangan internal di Partai Republik terkait RUU ini. Beberapa senator, termasuk Rand Paul dari Kentucky, menentang rancangan tersebut, terutama karena mencakup kenaikan batas utang.
Trump merespons kritik Paul dengan menyebutnya “tidak paham” isi RUU dan mengatakan rakyat Kentucky sudah tidak menyukainya.
Pemimpin mayoritas Senat John Thune menegaskan partainya akan terus melanjutkan proses pengesahan RUU ini, meski ada perbedaan pandangan.
Ketua DPR dari Partai Republik, Mike Johnson, menyebut Musk keliru dan mengaku telah berbicara langsung dengannya. Ia menduga kritik Musk mungkin terkait penghapusan insentif kendaraan listrik yang bisa berdampak pada Tesla.
Selain itu, Musk juga dikabarkan kecewa karena permintaannya untuk menjadikan sistem Starlink sebagai bagian dari pengendalian lalu lintas udara FAA ditolak karena kekhawatiran teknologi dan potensi konflik kepentingan seperti dilansir dari BBC.
Beberapa tokoh Demokrat menyambut baik kritik Musk terhadap RUU tersebut. Pemimpin minoritas Senat, Chuck Schumer, menyatakan jika bahkan Musk—yang mendukung Trump dan bagian dari proses ini—menentangnya, maka RUU ini memang sangat bermasalah.
Trump dan Partai Republik menargetkan RUU ini disahkan sebelum 4 Juli. Untuk meredakan penolakan dari kubu konservatif, Trump juga mengusulkan pemangkasan pengeluaran sebesar $9 miliar, yang disebut-sebut mengacu pada rancangan tim Doge. (P-Gio R)