PRIORITAS, 1/6/25 (Assam, India): Sebanyak 30 orang tewas akibat banjir bandang dan tanah longsor yang melanda tujuh negara bagian. Sebagian besar korban berasal dari daerah lereng yang labil, tempat tanah runtuh dengan cepat begitu hujan deras turun.
“Banyak korban ditemukan di bawah reruntuhan rumah yang ambruk akibat longsor,” kata pejabat manajemen bencana negara bagian Assam, dikutip dari AFP, Minggu (1/6/25).
Arunachal Pradesh menjadi salah satu wilayah terparah. Sembilan orang meninggal dunia akibat longsor yang terjadi saat malam, ketika warga tengah beristirahat. Tak banyak yang sempat menyelamatkan diri karena tanah langsung runtuh membawa rumah-rumah ke lembah curam.
“Kami temukan beberapa korban dalam satu keluarga tertimbun tanah,” ujar pejabat distrik Tawang di Arunachal Pradesh.
Sungai meluap deras
Assam mencatat delapan kematian, sementara ratusan warga lainnya terpaksa mengungsi. Sungai Brahmaputra meluap setelah hujan lebat turun tiga hari berturut-turut, memecah tanggul dan menenggelamkan rumah-rumah.
Luapan air merendam lahan pertanian dan mengisolasi beberapa desa yang kini hanya bisa diakses lewat perahu. “Ini luapan terburuk dalam lima tahun terakhir,” kata pejabat pengendali banjir Assam.
Militer India menggelar operasi penyelamatan besar-besaran di Manipur. Ratusan warga berhasil dievakuasi dari wilayah rawan longsor dan banjir, sebagian menggunakan helikopter dan perahu karet.
Tentara juga mengirimkan bantuan logistik berupa makanan dan obat-obatan ke pos pengungsian darurat. “Ratusan orang dipindahkan ke lokasi yang lebih aman. Kami sediakan makanan dan obat-obatan,” ujar pernyataan resmi Angkatan Darat India, Sabtu (31/5/25).
Lembaga meteorologi India mengeluarkan peringatan merah untuk sejumlah distrik. Curah hujan tinggi masih akan berlanjut dalam beberapa hari ke depan, dan risiko longsor dinilai sangat tinggi.
Pemerintah daerah diminta tetap waspada, terutama di dataran rendah dan lereng perbukitan. “Seluruh petugas diminta siaga penuh, terutama di zona rawan longsor,” kata Kepala Menteri Meghalaya, Conrad K. Sangma.
Musim hujan di Asia Selatan kini menjadi ancaman musiman yang tak lagi bisa diprediksi. Pola curah hujan semakin liar akibat pemanasan global dan perubahan iklim ekstrem.
Namun para ilmuwan belum sepenuhnya memahami dampak spesifik pemanasan bumi terhadap perilaku monsun di kawasan ini. “Cuaca semakin tidak bisa diprediksi,” ujar seorang peneliti iklim dari Indian Institute of Tropical Meteorology. (P-Khalied Malvino)
No Comments