PRIORITAS, 20/5/25 (Washington): Tanda-tanda ke arah perdamaian antara Rusia dan Ukraina semakin terlihat. Itu setelah Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Marco Rubio mengadakan panggilan telepon dengan mitranya dari Rusia, Sergey Lavrov, Sabtu (17/5/25) waktu setempat. Panggilan ini untuk menindaklanjuti hasil pembahasan negosiator perdamaian Ukraina dan Rusia yang bertemu di Turki, demikian informasi yang diterima Beritaprioritas.com, Selasa (20/5/25).
Sebagaimana laporan Russia Today, keduanya disebut menyambut baik hasil perundingan Kyiv dan Moskow di Istanbul. Keduanya menggarisbawahi kesiapan kedua belah pihak untuk bekerja sama menuju perdamaian dalam konflik.
“Rubio menyambut baik pertukaran tahanan yang disetujui oleh delegasi Rusia dan Ukraina selama perundingan pada hari Jumat dan menyatakan bahwa Amerika Serikat berkomitmen untuk mencapai akhir yang langgeng bagi perang Rusia-Ukraina,” demikian menurut Departemen Luar Negeri AS.
Puji peran AS
Sementara itu, Lavrov memuji “peran positif” yang dimainkan Amerika Serikat (AS) dalam membawa Kyiv ke meja perundingan dan menyetujui untuk melanjutkan proses perdamaian Istanbul. Ia juga menyatakan kesiapan Moskow untuk bekerja sama dengan Washington dalam hal ini.
“Selain itu, Lavrov dan Rubio membahas isu-isu internasional dan regional lainnya, serta kontak bilateral Rusia-AS,” kata kementerian tersebut, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Diketahui, pada hari Jumat akhir pekan lalu, perwakilan Rusia dan Ukraina duduk bersama untuk pertemuan selama dua jam yang dimediasi Turki di Istanbul. Kedua belah pihak sepakat untuk saling bertukar usulan gencatan senjata dan membahas kemungkinan pertemuan lanjutan, menurut kepala negosiator Moskow, Vladimir Medinsky.
“Moskow dan Kyiv juga sepakat untuk melakukan pertukaran tahanan besar-besaran. Rusia puas dengan hasil pembicaraan dan siap untuk melanjutkan kontak dengan Kyiv,” kata Medinsky.
Memang, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky awalnya mengesampingkan perundingan apa pun dengan Moskow kecuali Rusia menyetujui gencatan senjata tanpa syarat selama 30 hari. Kremlin telah menolak tuntutan Kyiv, dengan alasan Ukraina akan menggunakan jeda tersebut untuk menyusun kembali kekuatan dan mempersenjatai kembali militernya.
Namun, Zelensky setuju untuk berunding setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan dukungannya terhadap inisiatif Putin dan mendesak Ukraina untuk menyetujuinya “segera.”
Pertemuan Putin-Zelensky
Terpisah, Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada hari Sabtu, Putin dan Zelensky dapat mengadakan pembicaraan jika upaya perdamaian yang sedang berlangsung antara delegasi Rusia bersama Ukraina menghasilkan kemajuan serta kesepakatan yang kuat.
“Pertemuan antara Putin dan Zelensky mungkin saja terjadi, tetapi hanya jika delegasi kedua belah pihak bekerja sama dan mencapai kesepakatan khusus,” lanjutnya.
Namun, ia menambahkan, isu utama bagi Moskow tetaplah pertanyaan tentang siapa yang akan diberi wewenang oleh Ukraina untuk menandatangani setiap kesepakatan potensial yang dicapai oleh para negosiator. Peskov merujuk pada fakta bahwa masa jabatan presiden Zelensky berakhir tahun lalu.
Tetapi, Pemimpin Ukraina itu menolak untuk mengadakan pemilihan umum baru, dengan alasan darurat militer. Rusia menganggapnya “tidak sah”, dan bersikeras bahwa kewenangan hukum di Ukraina sekarang berada di tangan parlemen. (P-se)