33.6 C
Jakarta
Tuesday, August 26, 2025

    Netanyahu dinilai remehkan sandera non-Amerika Serikat

    Terkait

    PRIORITAS, 13/5/25 (Tel Aviv): Kelompok keluarga sandera Israel menilai pemerintah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu, meremehkan nasib sisa puluhan orang yang masih ditawan militan Hamas, karena bukan warga negara Amerika Serikat (AS).

    Seorang berkewarganegaraan ganda AS-Israel, Edan Alexander baru saja dibebaskan militan Hamas, hari Senin malam (12/5/25) tanpa ada gencatan senjata.

    “Cahaya terang di tengah kegelapan yang kita alami, tetapi memberikan peringatan bahwa rasanya nyawa para sandera tanpa kewarganegaraan AS tidak ada nilainya”, kata seorang warga keluarga sandera Israel yang masih ditawan militan Hamas, menyambut pembebasan Edan Alexander.

    Seperti dikutip Beritaprioritas.com dari The Times of Israel, hari Selasa (13/5/25, para keluarga sisa sandera lainnya berkumpul di Hostage Square, di pusat kota Tel Aviv, menjelang pembebasan Alexander.

    Mereka menggelar demo memprotes Benjamin Netanyahu, karena terkesan memberikan perlakuan khusus hanya kepada warga negara Amerika Serikat.

    Sedangkan puluhan sandera warga Israel sengaja dibiarkan menderita dalam tawanan teroris Hamas di dalam terowongan bawah tanah sampai kini sudah selama 585 hari.

    Meskipun gembira dengan pembebasan Alexander, beberapa keluarga yang tidak memiliki kewarganegaraan AS, menyatakan kekhawatiran tentang nasib sandera yang tersisa.

    Apalagi tujuan akhir pemerintah Amerika Serikat mengenai kesepakatan komprehensif untuk mengakhiri perang Israel dan militan Hamas masih belum jelas.

    Hidup tak berharga

    Warga dari Kibbutz Nir Oz Israel mengatakan sangat tersentuh dengan pembebasan Edan Alexander, menyebut kepulangannya sebagai harapan baru. Tetapi bisa sirna bagi sisa sandera lain.

    “Seorang sandera dengan paspor Amerika diberi prioritas, sementara 58 sandera lainnya tertinggal — 14 di antaranya adalah anggota komunitas Nir Oz — dan ketakutan akan nasib mereka lebih besar dari sebelumnya,” bunyi pernyataan warga kibbutz tersebut.

    “Sulit untuk mengabaikan pesan sulit yang diterima warga Negara Israel saat ini, dan yang disampaikan ke seluruh dunia: hidup kami tidak berharga lagi,” katanya.”

    Einav Zangauker, yang putranya Matan masih ditawan militan Hamas, mengecam keras penanganan Pemerintah Netanyahu.

    “Netanyahu, saya tidak akan membiarkan kalian membunuh anak saya,” ujarnya kepada orang banyak.

    “Orang Israel tidak akan membiarkanmu membunuh orang-orang yang kami cintai. Orang-orang Israel tidak akan memaafkanmu atas kejahatan pengabaian ini”, katanya.

    Pengumuman perdana menteri tentang perluasan serangan militer Israel di Gaza, telah memicu ketakutan di antara keluarga sandera.

    “Nasib sandera Israel terkait dengan nasib warga Gaza,” kata Udi Goren kepada ABC News.

    Sepupunya, Tal Haimi, terbunuh pada 7 Oktober 2023 dan jenazahnya dibawa militan Hamas ke Gaza.

    Tidak beri kepastian

    Presiden AS Donald Trump tidak memberikan kepastian, apakah pembebasan sandera Edan Alexander, menandai sebuah langkah menuju gencatan senjata permanen di Jalur Gaza. “Kami berharap akan ada sandera lain yang dibebaskan”, ujar Trump.

    Netanyahu mengklaim kembalinya Alexander tercapai berkat tekanan militer Israel dan tekanan diplomatik yang diterapkan Presiden Trump.

    Mengingat pembebasan Alexander dan setelah berbicara dengan Presiden AS Donald Trump, PM Israel Netanyahu mengumumkan akan mengirim delegasi ke Doha pada hari Selasa, untuk mencoba merundingkan pembebasan sandera dan kesepakatan gencatan senjata.

    Meski begitu, Pemerintah Israel menekankan negosiasi hanya akan dilakukan di bawah tembakan (perang).

    Militan Hamas dan Jihad Islam serta kelompok teror lainnya di Jalur Gaza hingga kini masih menyandera 58 orang Israel, 35 di antaranya telah dipastikan tewas. Hanya tersisa 23 yang masih hidup.

    PM Netanyahu mengumumkan minggu lalu ada keraguan besar mengenai nasib tiga sandera masing-masing warga Israel Tamir Nimrodi, Bipin Joshi (Nepal) dan Pinta Nattapong (Thailand). (P-Jeffry W)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    spot_img

    Terkini