PRIORITAS, 28/4/25 (Hollywood, Los Angeles): Sekuel film legenda Jurassic Park berjudul “Jurassic World Rebirth” dijadwalkan rilis pada 2 Juli 2025 di Amerika dan Kanada. Biasanya, tak lama setelah itu, film akan diputar di bioskop-bioskop seluruh dunia, tentu saja termasuk Indonesia.
“Jurassic World Rebirth” yang menampilkan bintang Scarlett Johanssen itu merupakan film keempat dalam seri Jurassic World, dan ketujuh secara keseluruhan dalam sekuel film fiksi ilmiah itu.
Jelang pemutaran film tersebut, media terkemuka indiandefencereview.com, menulis, bukan soal resensi, melainkan tentang original soundtrack atau themesong alias tema lagu Jurassic Park saat pertamakali diproduksi pada 1993 atau 32 tahun silam.
Teruji oleh waktu
Tema lagu ciptaan John Williams untuk Jurassic Park telah teruji oleh waktu, dan masih membangkitkan resonansi emosional serta keajaiban yang sama seperti saat film tersebut pertama kali dirilis.
Dengan aransemen orkestra yang memukau dan bagian brass yang kuat, musik ini sama ikoniknya dengan Dinosaurus yang diiringinya.
Kini, 32 tahun setelah debutnya, komposisi Williams terus membangkitkan rasa petualangan, penemuan, dan nostalgia, menjadikannya salah satu musik latar film yang paling berkesan dan terindah dalam sejarah musik Hollywood.
Perjalanan sinematik tak terlupakan
Saat tema Jurassic Park dimulai, penonton dibawa ke petualangan epik. Melodi dimulai dengan nada piano yang lembut dan melankolis, yang secara bertahap berubah menjadi orkestra penuh. Saat senar menggelegar dan bagian brass mengambil alih, musik mencerminkan visual dinosaurus yang mengagumkan di layar.
Tema yang dimainkan saat helikopter terbang di atas Isla Nublar atau saat karakter pertama kali melihat Brachiosaurus yang megah, meningkatkan rasa takjub yang diciptakan film tersebut. Ini bukan sekadar musik latar—ini adalah bagian integral dari pengalaman, yang menambah kedalaman dan kemegahan pada setiap adegan.
Musik yang dikomposisi oleh John Williams ini bukan sekadar suara latar, ia memiliki kepribadian, yang mencerminkan kekaguman dan misteri dunia yang diciptakan Steven Spielberg, sang sutradara. Kekuatan musik latar tidak hanya terletak pada komposisinya, tetapi juga pada dampak emosionalnya, yang terus bergema di benak penonton bahkan puluhan tahun setelah film dirilis.
John Williams: Sang jenius!

John Williams yang bernama lengkap John Towner Williams secara luas dianggap sebagai salah satu komposer film terhebat sepanjang masa, dengan sejumlah karya yang mencakup musik latar yang tak terlupakan untuk Star Wars, E.T., Indiana Jones, dan banyak lainnya.
Setiap temanya memiliki ciri khasnya sendiri, yang langsung dapat dikenali oleh para penonton film. Namun, tema Jurassic Park adalah sesuatu yang istimewa—sesuatu yang hampir ajaib.
Dalam kariernya yang panjang, Williams telah membuktikan berkali-kali bahwa ia tahu cara menyusun tema yang lebih dari sekadar mengiringi aksi. Tema tersebut menyempurnakannya. Musik dalam Jurassic Park mencerminkan tema film tentang eksplorasi, sains, dan keajaiban.
Spielberg telah menyatakan bahwa tema tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan dinosaurus bukan sebagai monster, tetapi sebagai makhluk yang mulia dan agung—sebuah gagasan yang ditangkap Williams dengan sempurna melalui musiknya.
Menurut Spielberg, Williams menggubah musik tersebut bahkan sebelum efek spesial selesai, yang berarti ia bekerja tanpa sepenuhnya mengetahui seperti apa dinosaurus itu di layar.
Namun, musiknya masih berhasil menyampaikan kemegahan makhluk-makhluk itu dan dunia mereka.
Rasa takjub seperti anak kecil

Faktor yang membuat tema Jurassic Park lebih luar biasa adalah kemampuannya untuk membangkitkan rasa kagum dan takjub seperti anak kecil.
Spielberg mencatat bahwa Williams mendekati musik tersebut dengan kekaguman yang sama seperti dimiliki anak-anak ketika mereka menemukan fosil hewan yang telah lama punah di museum.
Ada rasa takjub yang murni dalam cara musik tersebut meningkatkan rasa kagum terhadap dinosaurus. Dalam banyak hal, musik tersebut lebih banyak tentang perasaan penemuan daripada tentang makhluk itu sendiri.
Williams, yang belum melihat efek visualnya, tampaknya secara intuitif memahami keajaiban film tersebut dan menggubah sebuah karya yang mencerminkan rasa hormat dan keingintahuan yang mendalam yang dirasakan para karakter, dan penonton, terhadap makhluk purba ini.
Musiknya menangkap perasaan itu dengan sempurna—hampir seolah-olah seorang anak yang menggubahnya, penuh rasa kagum pada makhluk-makhluk luar biasa yang dihidupkan. Ini adalah keseimbangan yang halus antara kegembiraan dan penghormatan, dengan nada yang tidak pernah melupakan keajaiban yang ditimbulkan oleh Jurassic Park.
Tema yang bertahan lama

Bahkan setelah lebih dari tiga dekade, lagu tema Jurassic Park masih membawa beban emosional yang sama seperti saat film tersebut pertama kali ditayangkan. Melodinya yang membumbung tinggi dikaitkan dengan kenangan saat pertama kali penonton menonton film tersebut dan merasakan jantung mereka berdebar kencang saat Dinosaurus hidup di layar.
Tema tersebut tetap menjadi simbol petualangan, penjelajahan, dan kegembiraan menemukan—kualitas yang beresonansi dengan generasi penonton film baru seperti halnya dengan mereka yang mengalami perilisan film tersebut pada tahun 1993.
Tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa tema Jurassic Park lebih dari sekadar karya musik, tema tersebut telah menjadi lagu kebangsaan untuk rasa kagum yang datang bersama hal yang tidak diketahui.
Penata musik dalam sekuel terbaru Jurassic Park, yakni “Jurassic World Rebirth”, adalah Alexandre Desplat. Pemilik nama lengkap Alexandre Michel Gérard Desplat kelahiran 23 Agustus 1961 itu adalah seorang komposer dan konduktor film asal Prancis.
Ia telah menerima banyak penghargaan, termasuk dua Academy Awards, tiga BAFTA Awards, dua Golden Globe Awards, dan dua Grammy Awards.
Akankah Alexandre Desplat bisa mengulang sukses sang jenius John Williams? (P-Rebecca WT)