PRIORITAS, 28/4/25 (Moskow): Tersangka pembunuh jenderal Rusia mendapat bayaran dari Dinas Rahasia Ukraina (SBU) sebesar $18.000 (sekitar Rp288 juta). Ia mengeksekusi Letnan Jenderal Yaroslav Moskalik dengan bom mobil.
Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) telah menangkap seorang pria berusia 42 tahun bernama Ignat Kuzin, sehari setelah pemboman di Moskow, yang menewaskan wakil kepala Direktorat Operasional Utama Staf Umum Rusia itu.
“Kuzin diduga menerima $18.000 (Rp.288 juta) dari dinas keamanan Ukraina untuk melakukan serangan bom tersebut”, kata Komite Investigasi Rusia, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari The Moscow Times, hari Senin (28/4/25).
Menurut Komite Investigasi Rusia, Kuzin telah didakwa dengan tuduhan terorisme. “Ignat Kuzin telah didakwa melakukan tindakan teroris,” kata penyidik.
Ia dapat menghadapi hukuman penjara seumur hidup jika terbukti bersalah atas tuduhan tersebut.
Kuzin yang dulunya tinggal di Ukraina, kini bermukim di sebuah apartemen di Rusia. Ia ditangkap di sebuah jalan hutan di sekitar Moskow.
Diledakkan dari Ukraina
FSB menyebutkan Ignat Kuzin yang lahir tahun 1983, adalah agen layanan khusus Ukraina. Ia diperintahkan untuk menanam bahan peledak di sebuah mobil Volkswagen Golf untuk membunuh Moskalik.
Menurut FSB, Kuzin telah memasang alat peledak rakitan yang berkekuatan cukup kuat pada mobil tersebut, yang diambilnya dari tempat penyimpanan rahasia Ukraina di wilayah Moskow.
Kendaraan itu kemudian diparkir dekat mobil jenderal Rusia Yaroslav Moskalik di kota Balashikha Moskow.
Ketika Moskalik hendak naik ke mobilnya, bom tersebut kemudian diledakkan dari jarak jauh di sebuah tempat di Ukraina. Karena begitu dahsyat ledakan bom itu, Moskalik langsung tewas di tempat.
FSB Rusia menuduh Ukraina berada di balik pemboman tersebut. Dinas Keamanan Federal Rusia merilis video interogasi di mana Kuzin mengakui kejahatannya, tetapi tidak jelas apakah ia berbicara di bawah tekanan.
Ukraina belum mengomentari ledakan itu, yang memiliki ciri-ciri serangan sama persis dengan pemboman sebelumnya.
Namun dalam tiga tahun terakhir ini sejumlah tokoh militer dan pendukung Rusia, juga tewas akibat serangan bom. (P-Jeffry W)