27.1 C
Jakarta
Sunday, August 3, 2025

    Warga Filipina rela dipaku di atas salib untuk tebus dosa

    Terkait

    PRIORITAS, 18/4/25 (San Fernando): Seorang warga Barangay San Pedro Cutud, Pampanga, Filipina, Ruben Enaje, yang berusia 64 tahun rela dipaku di kayu salib, sebagai bagian dari imannya untuk penebusan dosa. Enaje mampu memikul salib sejauh 1,8 kilometer menuju bukit, sebelum akhirnya benar-benar dipalu dengan paku besar sepanjang 4 inci.

    “Ini adalah sumpah iman saya dan bagian dari penebusan dosa. Kali ini doa saya lebih besar yakni perdamaian bagi negara dan keselamatan dari bencana mematikan seperti gempa bumi baru-baru ini yang melanda Myanmar dan Thailand”, ujar Ruben Enaje sesaat sebelum ia disalibkan, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari GMA News, hari Jumat  (18/4/25).

    Para pejabat setempat mengatakan sekitar 10.000 orang menghadiri ritus penyaliban yang digelar umat Katolik Pampanga pada Jumat Agung tersebut.

    Dalam ritus tersebut Enaje memang harus mengikuti prosesi kisah sengsara Yesus Kristus seperti yang tertulis dalam Alkitab.

    Ia wajib memikul salibnya sendiri dari bawah bukit sejauh 1,8 kilometer di bawah panas matahari, sambil tubuhnya dihajar dengan cambuk berduri.

    Sesampai di puncak, ia dipakaikan mahkota berduri hingga menusuk dahinya,  kedua tangannya kemudian diikat dengan tali di kayu salib, kemudian tangan dan kakinya benar-benar dipalu dengan paku antikarat 4 inci. Enaje berteriak kesakitan. Darah mengalir dari kedua dua telapak tangan dan kakinya.

    Sejumlah orang yang berperan sebagai ‘tentara Romawi’ kemudian mendirikan salib dengan tubuhnya tergantung. Lebih dari 5-10 menit kemudian, ia diturunkan dan pakunya dicabut.  Petugas penyaliban membawanya untuk mendapat perawatan medis.

    Sudah 36 kali disalib

    Warga Katolik di provinsi Pampanga, dua jam di utara Manila, memang setiap tahun menggelar ritus penyaliban Yesus Kristus pada hari Jumat Agung, sesuai dengan isi Alkitab.

    Sejumlah warga di kabupaten itu yang merasa berdosa, biasanya merasa terpanggil untuk mengorbankan dirinya seperti Yesus disalib. Beberapa tahun sebelumnya jumlah warga yang ingin disalib melebihi tiga orang.  Padahal sesuai ritus dalam Alkitab hanya tiga orang yang disalibkan tentara Rowawi di bukit tengkorak Golgota.

    Sejak tiga dekade lalu, Pampanga setiap pekan suci pada Jumat Agung, tetap menyalibkan tiga orang di sebuah bukit di pinggiran kota, termasuk Ruben Enaje.

    Ruben Enaje sendiri, sampai kini sudah 36 kali disalib dalam prosesi ritus Jumat Agung di Pampanga. Ia pertama kali disalib pada saat usianya masih muda 28 tahun. Karena setiap tahun disalib, Enaje sudah disebut ‘Hesus ng Pampanga’ (Yesus dari Pampanga).

    Namun beberapa menit setelah pakunya dicabut dalam prosesi Hari Jumat 18 April 2025 ini, Enaje mengatakan kepada wartawan, ritus itu akan menjadi yang terakhir kali bagi dirinya.

    Tidak sanggup

    Enaje yang usianya sudah cukup tua memang terlihat kelelahan ketika harus memikul sendiri salibnya dari bawah puncak gunung yang jauh. Selama perjalanan ia juga benar-benar dicambuk tali yang berisi duri, hingga badannya berdarah. Padahal hari itu matahari sedang terik dan suhu mencapai 39 derajat Celsius.

    “Saya benar-benar tidak sanggup lagi. Mereka harus mengarahkan kipas angin portabel ke saya sebelumnya, hanya agar saya bisa bernapas dengan normal,” kata Enaje seperti dilaporkan media ABS-CBN.

    Pada suatu momen yang tidak direncanakan, Enaje terjatuh dari tanggul saat berjalan di jalan sempit menuju tempat penyaliban, setelah “didorong sedikit lebih keras dari biasanya” oleh seorang pria yang berperan sebagai prajurit Romawi.

    Ia menuturkan sempat merasa pusing saat berjalan menuju lokasi dan membutuhkan istirahat selama 30 menit sebelum mencapai tempat ia disalib. Meski begitu, Ruben Enaje, tetap berusaha bangkit hingga ia dipaku di kayu salib di atas bukit.

    Pejabat Pampanga sudah memperkenalkan pengganti Ruben Enaje yakni Arnold Maniago. Ia adalah seorang veteran yang juga telah disalib sebanyak 24 kali bersama Enaje.

    Maniago mengakui pada awalnya dia “sedikit gugup” saat mengambil peran Yesus disalib. Tetapi karena sumpah imannya ia selalu mampu menjalani setiap ritus Jumat Agung.

    Penebusan dosa

    Di tengah-tengah prosesi Jumat Agung di Pampanga, para pria lain dengan muka ditutupi bandana, secara berirama mencambuk diri mereka sendiri saat berjalan menuju bukit penyaliban.

    Seorang pria tua menunjukkan kepada wartawan AFP sebuah cambuk kayu kecil dengan kaca tajam,  yang ia gunakan di punggung orang-orang yang bertobat, sehingga ketika dicemeti ke tubuh akan membuat luka dengan darah mengalir.

    Seorang anak lelaki berusia tidak lebih dari delapan tahun, juga terlihat memukul punggung seorang pria bertelanjang dada yang tergeletak di jalan.

    Mark Palma, yang punggungnya terluka dan berlumuran darah, mengatakan pencambukan lebih dari sekadar tindakan penebusan dosa.

    Pria berusia 30 tahun itu mengatakan ia telah menghabiskan separuh hidupnya mengikuti ritual pencambukan,  sebagai cara berdoa bagi saudara perempuannya yang lahir dengan kelainan jantung.

    “Dia akan menjalani operasi tahun ini, ada lubang di jantungnya. Saya berdoa agar dia sembuh. Saya ingin operasinya berhasil”, paparnya memelas.

    Raymond Ducusin (31 tahun) mengatakan ia mulai ikut serta pada tahun 2022, ketika orang tuanya mengalami masalah kesehatan. Meskipun ayahnya meninggal dunia, ia tidak berencana untuk berhenti. “Saya ingin mengenang warisannya melalui ini. Saya masih percaya pada keajaiban,” kata Ducusin.

    Banyak wisatawan

    Ritus Jumat Agung setiap tahun di Pampanga ini, telah menarik ribuan warga Filipina dan para wisatawan luar negeri. Lebih dari 50 wisatawan asing datang secara khusus untuk menyaksikan jalannya ritus tersebut.

    Seorang wisatawan New York City, David,  berusia 45 tahun  mengatakan ia dan pasangannya telah lama merencanakan liburan mereka untuk menghadiri proses penyaliban tersebut.

    “Melihat sesuatu yang lahir di tingkat komunitas yang masih bergairah… sebagian besar afiliasi dan sentimen keagamaan di Barat sudah mulai memudar, tetapi di sini, hal itu masih sangat terasa,” katanya.

    Gereja menghormati

    Orang-orang memiliki pandangan yang berbeda tentang tradisi Pekan Suci di Pampanga. Gereja Katolik Filipina mengatakan meskipun “tidak melarang atau mendorong” praktik tersebut, Gereja menghormati pilihan seseorang untuk menunjukkan penyesalan.

    “Itu adalah bagian dari tradisi kami. Kecuali kita masuk ke dalam pengalaman mereka sendiri, kita tidak bisa menilai apa yang mereka lakukan. Gereja tidak mengecilkan atau mendorong. Tapi, sekali lagi, orang bebas berekspresi – untuk benar-benar menjalani hidup mereka dalam sengsara Tuhan,” kata Vikaris Paroki, Pdt. Benyamin Espiritu III.

    Ritus Prapaskah San Pedro Cutud merupakan pemeragaan Sengsara Kristus dan penyaliban yang sudah puluhan tahun diadakan. Warga yang sukarela disalib atau mencambuk diri sendiri dalam prosesi Jumat Agung di Pampanga disebut peniten magdarame.

    Para peniten menganggap tindakan ini sebagai penyiksaan diri dan melakukannya untuk meminta pengampunan atas dosa-dosa, untuk memenuhi panatà (bahasa Filipina, “sumpah”), atau untuk mengungkapkan rasa terima kasih atas kebaikan yang diberikan Tuhan Maha Pencipta. (P-Jeffry W)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    spot_img

    Terkini