PRIORITAS, 16/4/25 (Canberra): Menteri Pertahanan Indonesia, Sjafrie Sjamsoeddin, telah meyakinkan pemerintah Australia, tidak akan mengizinkan pesawat miiter Rusia untuk berpangkalan di Provinsi Papua.
Pernyataan ini dikeluarkan setelah situs berita militer AS Janes hari Selasa pagi (15/4/25) melaporkan, Rusia telah melakukan permintaan resmi ke Indonesia, untuk menempatkan pesawat militernya di Pangkalan Angkatan Udara Manuhua, di Biak Numfor provinsi Papua.
Pejabat tinggi militer Australia bergegas untuk memverifikasi laporan tersebut. Pada Selasa malam Menteri Pertahanan Australia, Richard Marles, mengatakan telah berbicara dengan mitranya dari Indonesia.
“Saya sudah bicara dengan mitra saya, Sjafrie Sjamsoeddin, Menteri Pertahanan, dan dia mengatakan kepada saya dengan sejelas-jelasnya, laporan tentang prospek pesawat Rusia yang beroperasi dari Indonesia sama sekali tidak benar,” kata Richard Marles, seperti dikutip Beritaprioritas.com Australia Broadcasting Corporation (ABC), hari Rabu dinihari (16/4/25).
ABC mendapat informasi Menteri Pertahanan Indonesia, Sjafrie Sjamsoeddin, mengatakan kepada Marles, ia belum menerima permintaan apa pun dari Rusia, untuk mengakses pangkalan tersebut — meskipun hal itu tidak menutup kemungkinan permintaan tersebut diajukan pada pejabat militer di tingkat yang lebih rendah.
Tanda bahaya bagi Australia
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong, mengatakan kepada wartawan sejumlah pejabat penting Australia sudah mencari informasi lebih lanjut dari Jakarta (Indonesia) tentang laporan tersebut.
Rencana pesawat militer Rusia berpangkalan begitu dekat dengan daratan Australia, telah membunyikan alarm tanda bahaya di Canberra. Hal ini juga telah menyebabkan perdebatan politik yang sengit, di tengah masa kampanye pemilihan pemerintahan yang baru Australia.
Pihak Kremlin mengelak ketika ditanya tentang laporan Rusia telah meminta izin kepada Indonesia, untuk menempatkan pesawat militernya, dengan mengatakan terdapat banyak berita palsu yang beredar.
Pada tahun 2017, Rusia menerbangkan dua pesawat pengebom berkemampuan nuklir dalam misi patroli keluar dari pangkalan, yang tampaknya merupakan latihan pengumpulan intelijen.
Belum ada kesepakatan
Satu sumber di Jakarta mengecilkan kemungkinan Indonesia mengabulkan permintaan tersebut, dengan mengatakan hal itu akan mengorbankan prinsip-prinsip kebijakan luar negerinya yang sudah lama berlaku.
Malcolm Davis dari Institut Kebijakan Strategis Australia mengatakan kepada ABC, Indonesia mungkin saja menolak permintaan Rusia. “Ini belum menjadi kesepakatan yang tuntas, dan bisa saja gagal,” katanya.
Ia menilai, jika Indonesia secara diam-diam menerima militer Rusia, pasti akan ada tekanan dari negara tetangga terutama Amerika Serikat dan Jepang. “Australia, Jepang, dan Amerika akan memberikan tekanan kepada Indonesia untuk mengatakan tidak,” kata Davis.
Menurut dia, jika Jakarta memberi lampu hijau, maka lebih banyak aset militer AS dan Australia akan ditempatkan dalam jangkauan langsung pasukan militer Rusia tersebut di Indonesia.
Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, tidak mengatakan kapan pemerintah mengetahui tentang permintaan yang dilaporkan tersebut, tetapi mengakui pihaknya masih mencari informasi lebih lanjut.
“Yang kami cari adalah klarifikasi yang tepat,” katanya kepada wartawan. “Begitulah cara Anda menangani hubungan internasional”, katanya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan kepada ABC belum mendengar tentang permintaan tersebut.
Sementara juru bicara Kementerian Pertahanan Indonesia, Brigadir Jenderal Freda Ferdinand Wenas Inkiriwang, mengatakan dia tidak “memantau” masalah tersebut.
Rusia cari simpati
Australia telah berupaya keras untuk memperluas hubungan pertahanan dan keamanan dengan Indonesia, tetapi Moskow juga telah mendekatkan diri dengan Jakarta, dengan salah satu pejabat militer senior Rusia Sergei Shogiu mengunjungi Indonesia pada bulan Februari tahun ini.
Sementara fokus utama Presiden Rusia Vladimir Putin tetap pada perangnya melawan Ukraina, ia telah berupaya memperluas hubungan militer lebih jauh di luar negeri.
Rusia memang berusaha meraih simpati dari Indonesia. Bahkan militer Rusia dan Indonesia pernah mengadakan latihan angkatan laut gabungan dengan Rusia di laut Jawa pada bulan November tahun lalu. Itu adalah interaksi pertama militer Indonesia dengan Rusia.
Saat itu, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergei Tolchenov, mengatakan latihan tersebut merupakan peristiwa penting.”Angkatan laut kedua negara kita siap untuk meningkatkan rasa saling percaya dan pengertian untuk bekerja sama di berbagai bidang”, katanya.
Pada bulan Juli tahun lalu, Menteri Pertahanan Rusia Andrei Belousov juga mengadakan pembicaraan dengan Prabowo Subianto, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan Indonesia, tetapi sekarang menjadi presiden.
Australia tidak terima Rusia
Pemerintah Australia yakin Rusia dan China juga semakin fokus pada meningkatnya kehadiran militer AS di Darwin dan Wilayah Utara.
Pemimpin Oposisi Australia, Peter Dutton, mengatakan akan menjadi “kegagalan besar hubungan diplomatik” jika pemerintahnya tidak mendapat “peringatan sebelumnya” tentang permintaan tersebut sebelum dipublikasikan.
“Ini adalah perkembangan yang sangat, sangat meresahkan dan dugaan bahwa Rusia entah bagaimana akan menempatkan beberapa aset mereka di Indonesia, yang jaraknya hanya dekat dari, tentu saja, wilayah utara negara kita,” tegas Dutton. “Kita perlu memastikan bahwa pemerintah menjelaskan dengan tepat apa yang terjadi di sini”, tambahnya.
Ketika ditanya apa “pesannya” kepada Presiden Rusia Vladimir Putin, Dutton dengan tegas menjawab: “Bahwa dia tidak diterima di lingkungan kami.”
Menurut Dutton, Australia memiliki hubungan yang sangat baik dengan Indonesia. “Saya pernah bertemu dengan presiden (Prabowo), baik saat ia menjabat sebagai menteri pertahanan maupun saat ia terpilih sebagai presiden … Prabowo adalah teman baik Australia”, ungkapnya.
“Namun pesan saya kepada Presiden Putin adalah bahwa kami tidak memiliki nilai-nilai yang sama dengan Presiden Putin, dan kami tidak menginginkan kehadiran, kehadiran militer, dari Rusia di kawasan kami”, tegasnya. (P-Jeffry W)