28 C
Jakarta
Monday, August 25, 2025

    Waduh !!! Israel dan AS bahas rencana serangan ke Iran

    Terkait

    PRIORITAS, 7/4/25 (Tel Aviv): Misi utama kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu langsung dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Washington DC, kemungkinan besar ialah membahas rencana serangan ke Iran.

    Negara yang dipimpin Ali Khamenei itu, dituding sebagai biang kerok kekacauan di Timur Tengah, karena menyuplai senjata ke militan Hamas di Jalur Gaza,  Hizbullah di Lebanon, milisi di Suriah, militan Irak serta pemberontak Houthi di Yaman.

    Selain itu, Amerika Serikat bersikeras akan menyerang Iran, karena diam-diam meningkatkan pengayaan uranium sebagai bahan baku bom nuklir. Hal ini menjadi ancaman terbesar di Timur Tengah.

    “Misi sebenarnya Netanyahu di Washington adalah ancaman Iran dan sandera Gaza. Bukan hanya tentang tarif dagang dengan AS”, kata mantan kepala Direktorat Intelijen Israel, Mossad, Brigadir Jenderal Dr Amnon Sofrin, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari Ynetnews, hari Senin (7/4/25).

    Sebelumnya santer berita Israel akan berunding dengan AS terkait masalah kenaikan tarif baru AS atas impor Israel. Meski tampak demikian, kunjungan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ke Washington tidak semata-mata terkait.

    Bahas dua topik

    Menurut Brigjen Sofrin, setidaknya dua topik terpenting yang dibahas. Yakni, Iran dan para sandera yang masih ditawan di Gaza.

    Sofrin mengatakan kepada ILTV News,  Presiden Donald Trump mengeluarkan peringatan terbaru AS dapat menyerang fasilitas nuklir Iran, jika Teheran tidak setuju untuk berunding mengenai program nuklirnya.

    “AS mungkin akan mengerahkan pasukan di sekitar Timur Tengah untuk menghalangi Iran dan membuktikan mereka benar-benar bersedia menyerang jika diperlukan,” jelas Sofrin. “Ini akan dilakukan dengan koordinasi dengan Israel—bahkan mungkin upaya bersama antara kedua negara kita,” tegasnya.

    Masalah besar kedua adalah sandera yang masih ditawan militan Hamas di Jalur Gaza. Sebanyak 59 sandera diyakini masih berada di Gaza. Sekitar 25 dari mereka diperkirakan masih hidup.

    “Hamas tidak ingin memulai negosiasi kecuali mereka menerima jaminan internasional, bahwa perang akan berhenti dan Israel akan menarik diri dari Jalur Gaza,” kata Sofrin. “Ini tidak dapat diterima—dan itulah yang perlu didiskusikan antara Perdana Menteri Israel dan Presiden AS,” jelasnya.

    AS tambah pencegat Rudal

    Perang AS dengan Iran kemungkinan besar bisa pecah. AS sendiri sudah mempersiapkan segala kemungkinan. Selain berunding dengan sekutunya di Timur Tengah, AS juga sudah mengerahkan tambahan persenjataan pencegat Rudal sistem THAAD di Israel. Dua baterai rudal Patriot juga dikirim ke Israel.

    Sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) adalah platform pertahanan peluru kendali (rudal) bergerak di ketinggian tinggi dengan kemampuan yang mirip dengan sistem Arrow milik Israel. THAAD dapat mencegat rudal balistik di luar atmosfer menggunakan energi kinetik dan dirancang untuk menargetkan berbagai fase lintasan rudal.

    Menurut laporan media AS, baterai tersebut dioperasikan oleh sekitar 100 personel Amerika yang ditempatkan di Israel. Baterai THAAD pertama dikerahkan ke Israel pada bulan Oktober atas permintaan pemerintah Israel.

    Pejabat Israel menekankan sistem tersebut tidak dimaksudkan untuk menggantikan lapisan pertahanan yang ada, melainkan untuk meningkatkan daya tembak dan pencegahan di wilayah tersebut.

    Brigadir Jenderal (purn) Zvika Haimovich, mantan kepala jajaran pertahanan udara Israel, mengatakan sistem tersebut sejajar dengan Arrow Israel dan bukan lapisan pertahanan tambahan atau pengganti. Setiap baterai dilengkapi dengan lusinan pencegat, yang secara signifikan menambah daya tembak Israel.

    Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi mengatakan perundingan langsung tidak mungkin dilakukan di bawah ancaman saat ini.

    “Berunding dengan pihak yang mengancam akan menggunakan kekuatan dan yang pejabatnya memiliki posisi yang bertentangan tidak ada artinya. Kami tetap berkomitmen pada diplomasi dan terbuka untuk melanjutkan diskusi nuklir dan keringanan sanksi,” kata Araghchi. (P-Jeffry W)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    spot_img

    Terkini