PRIORITAS, 3/4/25 (Washington): Di saat negara-negara sekutu AS ikut terdampak kebijakan tarif , ternyata Rusia tidak termasuk daftar hitam Donald Trump. Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan tidak termasuknya Rusia dalam daftar tarif dikarenakan sanksi akibat perang dengan Ukraina.
Sanksi tersebut telah membuat perdagangan antara Rusia dan AS menjadi nol alias tidak ada. Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, telah mengumumkan pemberlakuan tarif resiprokal kepada negara-negara mitra dagangnya, Rabu (2/4/2025).
Rusia telah berusaha menghapus sanksi-sanksi tersebut yang telah merugikan ekonomi negara itu. Uni Eropa juga telah menjatuhkan sanksi besar terhadap Moskow, yang dianggap sebagai langkah tanpa preseden. Sejak pemerintahan Joe Biden, AS telah memberlakukan berbagai sanksi terhadap Rusia sebagai respons terhadap invasi Ukraina.
Sanksi juga dikenakan akibat tindakan-tindakan Rusia seperti campur tangan pemilu, serangan siber, dan pelanggaran hak asasi manusia. Sanksi-sanksi ini menargetkan sektor-sektor utama Rusia, termasuk energi, keuangan, dan pertahanan.
Sejumlah bank Rusia diputuskan dari sistem keuangan global dan aset para oligarki Rusia pun dibekukan.
AS juga mengisolasi elit politik Rusia dengan menyasar individu-individu dekat Presiden Putin. Sanksi ini diperluas sejak 2022, bertujuan untuk melemahkan kemampuan Rusia dalam membiayai perang sambil memberi dukungan kepada Ukraina.
Dua senator AS, Lindsey Graham dan Richard Blumenthal, memimpin pembahasan RUU bipartisan untuk memberlakukan sanksi tambahan terhadap Rusia. “Ini akan diberlakukan jika Rusia menolak pembicaraan damai atau merusak kedaulatan Ukraina,” kata Graham, dikutip Newsweek, Kamis (3/4/25).
RUU ini mencakup penerapan tarif 500 persen pada impor barang dari negara-negara pembeli minyak atau komoditas-komoditas asal Rusia. Trump juga mengancam akan mengenakan tarif sekunder kepada negara-negara yang membeli minyak dari Rusia.
Tarif tersebut akan berkisar antara 25 hingga 50 persen untuk mencegah negara-negara tersebut terus mendukung Rusia seperti dikutip dari RRI.Co.Id. Trump mengungkapkan bahwa jika Rusia tidak setuju untuk menghentikan perang, tarif sekunder akan diberlakukan pada minyak Rusia. (P-wr)