PRIORITAS, 25/3/25 (Gangaw): Militer Myanmar membunuh seorang dokter desa dan 10 warga sipil di klinik desa dengan serangan bom pesawat. Militer diduga salah sasaran karena mereka bukan menewaskan pasukan pemberontak, tapi tenaga medis yang secara sukarela membantu rakyat miskin di wilayah tersebut.
“Seluruh rumah yang menjadi tempat klinik itu hancur dalam ledakan itu. Potongan-potongan tubuh berserakan di mana-mana. Sebuah rumah di sebelahnya juga hancur,” kata seorang saksi mata serangan itu kepada media Myanmar Now, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari The Independent, hari Selasa (25/3/25).
Dokter Mya Soe Aung (40 tahun) sebagai kepala klinik, istrinya Khaing Hnin Wai (39 tahun) yang sedang hamil, dan anaknya tewas. Begitu pula beberapa anggota staf dan penduduk desa yang tinggal di dekatnya.
Wilayah Magway, di tepi Sungai Irrawaddy, sebagian direbut pasukan pemberontak yang menentang junta militer Myanmar, setelah pertempuran sengit hampir sebulan lalu.
Serangan udara ke sebuah klinik medis desa di wilayah Magway tengah ini menjadi paling mematikan dalam beberapa hari terakhir, saat perang saudara yang telah berlangsung selama empat tahun terus berkecamuk.
“Serangan itu menargetkan desa Hnan Khar di kota Gangaw sekitar pukul 8.40 pagi pada hari Sabtu”, kata media Myanmar Now melaporkan.
Gambar-gambar setelah serangan menunjukkan bagian kayu dari rumah sakit darurat itu hancur berantakan dan asap mengepul dari puing-puingnya.
Kudeta militer
Myanmar telah dilanda perang saudara sejak militer melakukan kudeta dan menggulingkan pemerintah terpilih partai Aung San Suu Kyi dalam kudeta Februari 2021.
Militer Myanmar telah menggunakan kekuatan mematikan untuk menindak kelompok etnis serta demonstrasi damai yang menentang pemerintahan junta.
Hal ini yang memicu konflik bersenjata dan kekerasan di banyak bagian negara tersebut. Namun, pemerintah yang diperintah militer secara konsisten membantah melakukan serangan terhadap warga sipil.
Wilayah perbatasan Myanmar merupakan rumah bagi sejumlah kelompok etnis bersenjata yang telah memerangi militer, untuk mendapatkan otonomi dan kendali atas sumber daya alam, sejak kemerdekaan pada tahun 1948.
Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok etnis telah merebut wilayah yang luas di negara bagian Chin, Rakhine , dan Shan.
Kota-kota besar seperti Yangon dan ibu kota Naypyidaw masih berada di bawah kendali junta militer, meskipun aktivitas perlawanan telah meningkat.(P-Jeffry W)