28.7 C
Jakarta
Sunday, June 22, 2025

    Rusia dan China bela Iran setelah dapat ancaman AS soal nuklir

    Terkait

    PRIORITAS, 15/3/25 (Beijing): Pemerintah Rusia dan China membela Iran yang mendapat ancaman militer dari Amerika Serikat (AS) karena tidak mau berunding soal pengembangan nuklirnya.

    Para diplomat senior dari Rusia, Cina dan Iran bertemu di Beijing untuk membahas program nuklir Teheran, setelah Barat meningkatkan tekanan pada Republik Islam itu, karena diduga semakin dekat membuat bom nuklir.

    Rusia dan Tiongkok menyerukan diakhirinya sanksi terhadap Iran saat Presiden AS Donald Trump mendorong kesepakatan nuklir. Demikian dikutip Beritaprioritas.com dari The Independent, hari Sabtu (15/3/25).

    AS dan sejumlah negara barat lainnya menduga Iran berambisi membuat bom nuklir, namun selama ini pihak Teheran selalu mengaku reaktornya hanya untuk program damai.

    Iran mencapai kesepakatan dengan AS, Rusia, Tiongkok, Inggris, Prancis, dan Jerman pada tahun 2015 untuk mengekang program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi Barat. Namun Donald Trump menarik diri dari kesepakatan tersebut pada tahun 2018, selama masa jabatan pertamanya sebagai presiden AS.

    Pertemuan tersebut terjadi di tengah meningkatnya konflik di Timur Tengah, tetapi para analis mengatakan Barat tidak perlu takut dengan perundingan Beijing.

    Tiongkok menjamu sekutunya tak lama setelah presiden Iran Masoud Pezeshkian menolak kemungkinan perundingan dengan Washington sementara Trump mengancam negaranya.

    Ia merujuk pada surat presiden AS kepada pemimpin tertinggi Ali Khamenei yang dilaporkan memperingatkan “ada dua cara untuk menangani Iran: secara militer, atau Anda membuat kesepakatan”. Iran mengatakan tidak akan tunduk pada perintah Amerika untuk berdialog.

    “Ketiga negara menegaskan kembali bahwa keterlibatan politik dan diplomatik serta dialog berdasarkan prinsip saling menghormati tetap menjadi satu-satunya pilihan yang layak dan praktis dalam hal ini,” kata wakil menteri luar negeri Tiongkok Ma Zhaoxu.

    Sudah 90 persen jadi senjata nuklir

    Ma melakukan pertemuan dengan Sergei Ryabkov dan Kazem Gharibabadi, masing-masing wakil menteri luar negeri untuk Rusia dan Iran. “Pihak-pihak terkait harus bekerja untuk menghilangkan akar penyebab situasi saat ini dan menghentikan sanksi, tekanan, dan ancaman penggunaan kekuatan”. katanya,

    Tiongkok secara konsisten mendukung kesepakatan 2015, yang disebut Rencana Aksi Komprehensif Bersama, dan mengkritik Trump karena menarik diri dari kesepakatan tersebut.

    Barat memiliki waktu hingga Oktober tahun ini, jika tidak akan memicu pembatalan sanksi PBB terhadap Iran,  karena melanggar ketentuannya.

    Iran bersikeras program nuklirnya sepenuhnya damai, meskipun sejumlah pejabatnya sering mengeluarkan ancaman akan mengembangkan bom nuklr sejak konflik dengan Israel meningkat tahun lalu.

    Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) bulan lalu mengungkapkan Iran mempercepat pengayaan uranium hingga mendekati tingkat 90 persen untuk senjata nuklir.

    “Poros Iran-Rusia-Tiongkok memberi Iran kekebalan terhadap resolusi Dewan Keamanan yang dapat membahayakan program nuklirnya,” kata Avi Melamed, analis intelijen strategis Timur Tengah.(P-Jeffry W)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini