30 C
Jakarta
Wednesday, March 12, 2025

    Mantan Presiden Filipina Duterte ditangkap saat turun dari pesawat

    Terkait

    PRIORITAS, 11/3/25 (Manila): Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte ditangkap di Bandara Manila ketika dia baru tiba dari Hongkong, Selasa pagi (11/3/25). Duterte ditangkap karena menjadi buronan kepolisian internasional (Interpol).

    “Mantan presiden Rodrigo Duterte ditangkap pada Selasa,  karena dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan”, kata pejabat Istana Kepresidenan Filipina di Malacanang, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari The Manila Times, hari Selasa siang (11/3/25).

    Duterte tiba di Manila dari liburannya di Hong Kong pada Selasa pagi dengan penerbangan Cathay Pacific CX907. Ia langsung dicegat petugas di Gerbang kedatangan 116 Terminal 3 Ninoy Aquino International Airport (NAIA).

    Saat surat perintah penangkapan diserahkan kepadanya, Duterte terdengar mengatakan “kalian harus membunuhku.” Namun, dia tetap digiring petugas penegak hukum tanpa perlawanan.

    Setelah ditangkap,  Duterte langsung dibawa ke markas besar Kepolisian Nasional Filipina di Camp Crame di Kota Quezon.

    Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) mengatakan, Organisasi Polisi Kriminal Internasional (Interpol) Manila,  menerima salinan surat perintah penangkapan dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) terhadap Duterte pada hari Selasa.

    Surat perintah penangkapan

    PCO mengatakan seorang jaksa agung dari ICC telah menyampaikan surat perintah penangkapan terhadap Duterte setibanya di Filipina dari Hong Kong pada Selasa pagi. Duterte akan menjalani prosedur penahanan di Kamp Crame

    “Mantan presiden dan rekan-rekannya dalam keadaan sehat dan telah diperiksa oleh dokter pemerintah. Mereka telah memastikan bahwa dia dalam kondisi baik,” kata PCO dalam sebuah pernyataan.

    Puluhan ribu orang dibunuh

    Perintah penangkapan Interpol (Interpol Red Notice) berfungsi sebagai peringatan internasional bagi lembaga penegak hukum di seluruh dunia, yang menandakan Duterte sedang dicari untuk dituntut atau menjalani hukuman atas dugaan pelanggaran.

    Meskipun otoritas Filipina belum mengungkapkan tuduhan spesifik, tuduhan tersebut diyakini terkait dengan investigasi ICC terhadap dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan selama perang melawan narkoba yang digagas Duterte.

    ICC secara resmi membuka penyelidikannya pada September 2021, dengan mendapatkan bukti terjadi pembunuhan puluhan ribu orang di luar hukum selama operasi antinarkoba. Pengadilan berpendapat pembunuhan ini sistematis dan dapat merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.

    Pada 1 Juli 2016, sehari setelah Duterte menjabat, Kepolisian Nasional Filipina meluncurkan Project Double Barrel, sebuah kampanye antinarkoba yang digencarkan secara agresif.

    Menurut catatan kelompok pembela hak asasi manusia, operasi antinarkoba itu menewaskan 12.000 hingga 30.000 orang dengan puncak kematian terjadi selama 2016 dan 2017. Data kepolisian sementara itu mencatat angka yang lebih kecil yakni lebih dari 6.200 jiwa.

    Kelompok pembela HAM melaporkan bahwa selama periode itu, ribuan pengguna narkoba dan pedagang kecil tewas dibunuh secara misterius oleh penyerang tak dikenal.

    Pada waktu itu, bahkan sejak kampanye kepresidenan, Duterte berulang kali menyerukan pembunuhan para penjahat dan anggota organisasi perdagangan narkoba. Duterte mengatakan penjahat dan pengedar narkoba halal untuk ditembak mati tanpa harus takut dituntut. (P-Jeffry W)

    - Advertisement -spot_img

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    - Advertisement -spot_img

    Terkini