PRIORITAS, 2/3/25 (Tel Aviv): Pemerintah Israel menyetujui gencatan senjata sementara di Jalur Gaza selama bulan Ramadan untuk memberi kesempatan kepada umat muslim menjalankan puasa. Gencatan senjata ini juga berlaku hingga masa Paskah bagi umat Kristen.
Pernyataan ini diumumkan Israel, beberapa menit setelah berakhirnya 42 hari tahap I gencatan senjata di Gaza. Ramadan di Timur Tengah termasuk jalur Gaza dimulai pada Jumat malam 28 Februari 2025, berlangsung hingga 29 Maret 2025. Sedangkan masa pra Paskah hingga Paskah dimulai 5 Maret berakhir pada 19 April 2025.
Gencatan senjata sementara ini adalah usulan Amerika Serikat (AS) yang disampaikan utusan khusus Steve Witkoff, untuk memperpanjang gencatan senjata sebelumnya dengan Hamas, di mana semua sandera berpotensi dibebaskan.
“Setengah dari sandera — hidup dan mati — akan dibebaskan pada hari pertama perpanjangan gencatan senjata”, kata Kantor Perdana Menteri (PM) Israel, dalam sebuah rilis pernyataan setelah pertemuan empat jam dengan utusan khusus Amerika Serikat Steve Witkoff, yang dipimpin PM Benjamin Netanyahu, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari Times of Israel, hari Minggu (2/3/25).
Menurut pernyataan Israel tersebut, para sandera yang tersisa akan dibebaskan pada akhir periode, jika gencatan senjata permanen tercapai. Namun Israel mengakui kelompok Hamas belum menerima rencana Witkoff ini. “Jika Hamas mengubah posisinya. Israel akan segera memasuki negosiasi mengenai semua rincian rencana Witkoff”, jelas Israel.
Pernyataan tersebut secara tidak secara langsung mengancam akan kembali terjadinya perang Israel-Hamas, seperti perjanjian gencatan senjata Tahap I awal, yang memungkinkan Israel untuk kembali berperang setelah 1 Maret.
Butuh banyak waktu
Utusan khusus AS mengajukan proposal untuk memperpanjang gencatan senjata saat ini, setelah menyadari diperlukan lebih banyak waktu untuk melakukan pembicaraan mengenai gencatan senjata permanen.
Sebelumnya, Hazem Qassem, juru bicara Hamas, yang ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat, mengatakan pada Sabtu (1/3) pagi, pihaknya menolak perpanjangan gencatan senjata tahap pertama di Gaza. Namun Hamas tidak secara eksplisit menyebutkan rencana Witkoff.
Kantor Netanyahu mengatakan Israel akan segera melakukan negosiasi mengenai rencana Witkoff jika Hamas menyetujuinya. “Sesuai perjanjian, Israel dapat kembali berperang setelah hari ke-42 jika dirasa perundingan tidak efektif,” kata kantor Netanyahu.
Dua pejabat Palestina yang mengetahui perundingan tersebut, mengatakan Israel menolak untuk memasuki Tahap II perjanjian tersebut. Sebaliknya, Israel meminta perpanjangan Tahap I, dengan syarat penyerahan sejumlah sandera dan jenazah untuk setiap minggu perpanjangan.
Hamas bersikeras untuk memasuki gencatan senjata Tahap II, dan mewajibkan Israel untuk melakukan apa yang telah disepakati.
Pada Sabtu, sayap bersenjata Hamas mengunggah video yang menunjukkan mereka masih menyandera warga Israel di Gaza. Hamas menekankan sandera yang tersisa hanya dapat dibebaskan melalui perjanjian gencatan senjata bertahap.
Gencatan senjata Tahap I menghentikan pertempuran selama 15 bulan di Gaza. Sebanyak 33 sandera Israel dan lima warga Thailand ditukar dengan sekitar 2.000 tahanan Palestina. Pembicaraan mengenai gencatan senjata Tahap II telah berlangsung di Kairo, tetapi belum menghasilkan kesepakatan.
Perang di Gaza dimulai ketika Hamas melancarkan serangan teror lintas batas terhadap komunitas Israel, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan sekitar 251 orang diculik. Serangan balasan Israel telah menewaskan lebih dari 48.300 orang Palestina, dan menyebabkan ratusan ribu orang luka-luka. (P-Jeffry W)