PRIORITAS, 27/2/25 (Jakarta): Keputusan pemerintah untuk tetap mengimpor gula biasanya didasarkan pada beberapa faktor utama, diantaranya produksi gula dalam negeri sering kali tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nasional, terutama pada saat musim paceklik tebu atau ketika hasil panen tidak optimal.
Selain itu, konsumsi gula di Indonesia terus meningkat, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri makanan dan minuman. Jika produksi tidak mencukupi, impor menjadi solusi untuk menstabilkan pasokan.
Impor iuga dilakukan untuk mengendalikan harga gula di pasar domestik. Jika produksi dalam negeri tidak mencukupi dan tidak ada impor, harga gula bisa melonjak, memberatkan masyarakat.
Pemerintah perlu memastikan ketersediaan stok gula dalam jumlah yang aman, terutama menjelang bulan Ramadan dan hari besar lainnya, di mana konsumsi gula cenderung meningkat. Meskipun impor gula memiliki manfaat dalam menjaga stabilitas pasokan dan harga, pemerintah harus memperhatikan dan menjaga keseimbangan antara ketergantungan impor dan penguatan industri gula domestik.
Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau ID FOOD, Sis Apik Wijayanto memastikan keputusan pemerintah untuk tetap melakukan impor gula kristal mentah (GKM) atau raw sugar adalah untuk cadangan pangan pemerintah (CPP).
“Importasi ini adalah untuk cadangan pangan pemerintah, bukan untuk kebutuhan sekarang,” ujar Sis Apik dalam jumpa pers Kesiapan Pangan Jelang Puasa dan Lebaran di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (27/2/25).
Sis Apik menyampaikan pada Mei dan Juni 2025 sudah memasuki masa giling, sehingga kebutuhan gula konsumsi dalam negeri dipastikan sangat tercukupi. Namun demikian, pemerintah tetap harus memiliki cadangan gula untuk mengantisipasi hal-hal di luar prediksi.
Lebih lanjut, Sis Apik mengatakan, saat ini pemerintah masih melakukan negosiasi dengan beberapa negara produsen gula. “Sebetulnya sudah cukup, tapi kan menjaga timing, jaga-jaga lah gitu,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani mengatakan stok gula konsumsi pemerintah bisa untuk 3-4 bulan ke depan.
Menurut Ghani, pemerintah tetap perlu menyediakan pencadangan. Namun demikian, Ia memastikan bahwa importasi gula tersebut tidak akan didistribusikan ke pasar. “Jadi gula yang diimpor oleh teman-teman dari RNI itu nanti tidak didistribusikan ke pasar, tapi didistribusikan untuk cadangan pangan pemerintah, untuk jaga-jaga,” ujar Ghani.
Sebelumnya diberitakan, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan Zulkifli Hasan menyebutkan Indonesia tetap mengimpor gula sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto.
Menteri yang akrab disapa Zulhas itu menyatakan Indonesia sudah memutuskan untuk melarang impor sejumlah komoditas, seperti beras, jagung dan garam.
Gula sebelumnya turut menjadi komoditas yang dilarang untuk impor, namun, menurut Zulhas, ada perubahan kebijakan. “Gula sudah boleh (impor). Perintah Presiden, jadi saya tidak berani,” katanya. (P-bwl)