30.3 C
Jakarta
Sunday, February 23, 2025

    Rosita Aruan Orchid Baptiste, mantan wartawan Indonesia sukses jadi tentara AS

    Terkait

    PRIORITAS, 21/2/25 (Washington): Nama Rosita Aruan Orchid Baptiste belakangan viral di media Indonesia, baik media massa maupun media sosial. Perempuan berdarah Batak yang pernah berkarir sebagai wartawan di Indonesia itu, sukses menjadi tentara Amerika Serikat (AS) dan saat ini berpangkat Letnan Kolonel (Letkol).

    Tampaknya, kisah Rosita Aruan Orchid Baptiste ini terekspos lantaran tagar KaburAjaDulu yang menjadi perbincangan hangat di tanah air beberapa hari ini. Bahkan, pada Jumat (21/2/25) siang ini, KompasTV melalui laporan VOA Indonesia mengangkat kisah Rosita dalam pemberitaannya.

    Bercita-cita jadi Polwan

    Awalnya, Rosita bercita-cita menjadi polisi wanita (Polwan) di Indonesia, tetapi terbentur syarat tinggi badan yang tidak memenuhi syarat. Ia lalu melanjutkan studi ke Universitas Sumatra Utara (USU). “Jurusan Perdagangan Internasional,” kata Rosita dalam sebuah wawancara dikutip dari YouTube VOA Indonesia.

    Dilansir Beritaprioritas.com dari SindoNews.com Jumat (21/2/25), diketahui, lulus dari USU, Rosita sempat menjadi wartawan sebelum hijrah ke AS pada 2000 mengikuti suaminya yang tentara Angkatan Darat AS. Dengan dukungan suaminya, ia mencoba masuk militer meski usianya sudah berusia 34 tahun dan tinggi hanya 149 cm.

    Namun, di militer AS, ia dinilai berdasarkan kemampuan, bukan fisik, dan menjalani pelatihan keras seperti rekan-rekan lainnya. Kini, Rosita membuktikan bahwa disiplin dan kemampuan lebih penting dalam meraih mimpi.

    Saat ini, dia bertugas sebagai mekanik di Angkatan Darat AS. Rosita telah bergabung dalam militer AS selama sebelas tahun lebih.

    Rosita Aruan Orchid Baptiste (kiri) adalah anggota Angkatan Darat AS dengan pangkat Letnan Kolonel. Ia memutuskan bergabung ke militer setelah pengalamannya sebagai wartawan di Indonesia tidak menjamin ia bisa mendapat kerja di AS. (Ist./VOA Indonesia)

    Mantan wartawan

    Rosita merupakan lulusan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU). Dia mengungkapkan pernah bekerja di beberapa perusahaan di Jakarta setelah lulus kuliah. “Terus bekerja sebagai wartawan di majalah bisnis dan ekonomi, Warta Ekonomi. Saya bergabung dengan Warta Ekonomi tahun 1997,” tuturnya.

    Kemudian, dia menceritakan pindah ke Amerika Serikat pada September 2000. “Karena menikah dengan pria Amerika. Cinta yang membawa saya ke Amerika,” ungkapnya.

    Saat awal di Negeri Paman Sam, dia pun melamar kerja sebagai wartawan di beberapa perusahaan media massa. “Karena saya suka banget jadi wartawan, itu pekerjaan yang paling saya suka,” katanya.

    Dia mengungkapkan selalu ditanya pengalaman bekerja di Amerika Serikat setiap melamar pekerjaan sebagai wartawan tersebut. “Mereka selalu tanya, ‘lo udah pernah jadi wartawan di Amerika? Ya belum, kan baru sampai di sini’. Setiap kali melamar pekerjaan, itu mereka selalu tanya sudah punya pengalaman kerja di Amerika, ya belum,” imbuhnya.

    Menangis bersihkan WC

    Karena gagal menjadi wartawan di Amerika Serikat, dia melamar pekerjaan di retoran siap saji Burgerking. “Saya jadi kasir di Burgerking selama tiga bulan dengan gaji satu jam 6 dolar 25 sen,” ungkapnya.

    Dia membeberkan bahwa meski sebagai kasir, ia diharuskan bersih-bersih restoran termasuk WC atau toiletnya jika sedang tidak ada pelanggan. Dia pun menangis ketika pertama kali membersihkan WC restoran tersebut.

    “Pertama kali saya kerja bersihin rest room saya nangis, saya telepon mama saya di Jakarta, enggak kebayang saya ke Amerika harus bersihin WC, tapi itulah hidup ya,” ujar dia.

    Orang yang mendorong dirinya masuk tentara AS adalah sang suami. “Suami saya kebetulan di Angkatan Darat (Army) Amerika, ‘kenapa kamu enggak ke Army aja, mereka enggak bakal tanya udah punya pengalaman apa belum’, ternyata benar,” verita Rosita.

    “Ketika saya mau gabung ke angkatan, mereka tuh enggak lihat tinggi badan, enggak liat jenis kelamin,” sambungnya. Namun, dirinya sempat gagal pada ujian pertama. Nilanya hanya 29. Sedangkan syarat lulus adalah nilai 31. “Saya kalah di ujian pertama, tapi apakah itu mematahkan semangat saya, tidak,” ungkapnya.

    Dia pun menunggu ujian berikutnya selama 30 hari. “Jadi selama 30 hari itu saya belajar lagi, lewat (lulus),” jelasnya.

    Tugas ke Jerman dan Irak

    Setelah menjadi bagian dari tentara AS, dia ditugaskan ke beberapa negara medan konflik. “Saya di Jerman empat tahun, dari sana saya dikirim ke Irak sekali tahun 2005, ke Kuwait sekali,” kata Rosita.

    Ketika ditempatkan di Irak, pangkatnya masih Letnan Satu. Dia pernah nyaris kena tembak di Irak. Dia selamat karena merunduk ketika menyambungkan laptopnya. “Kalau tadinya saya enggak nunduk, ini yang kena,” kata Rosita sambil menunjuk kepala, mengakhiri wawancara. (P-ht)

    - Advertisement -spot_img

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    - Advertisement -spot_img

    Terkini