PRIORITAS, 20/2/25 (Toronto): Pesawat Delta Air Lines yang mengalami kecelakaan dan terbalik di Bandara Internasional Toronto Pearson, Senin (17/2/25) lalu akan mendapat kompensasi senilai US$30.000 atau hampir Rp500 juta.
Dari 80 orang di dalam pesawat, 21 mengalami luka-luka, namun Delta Air Lines memastikan bahwa hanya satu orang yang masih dirawat di rumah sakit, dan seluruh korban diperkirakan akan pulih. Maskapai menegaskan bahwa pembayaran ini tidak akan mempengaruhi hak hukum mereka, termasuk kemungkinan mengajukan gugatan terhadap perusahaan.
CEO Delta, Ed Bastian, menyatakan bahwa meskipun insiden ini mengerikan, pihaknya bersyukur karena semua penumpang dan awak selamat. “Video kecelakaan ini memang mengerikan,” kata Bastian dalam wawancara dengan CBS Mornings, sebagaimana dikutip Reuters, Kamis (20/2/25).
“Namun, kami berterima kasih atas kesiapan kru penerbangan yang bertindak cepat dalam mengevakuasi penumpang.”
Bastian juga membela kemampuan dan pengalaman pilot yang mengendalikan penerbangan Delta 4819 dari Minneapolis-St. Paul ke Toronto.
“Di Delta, hanya ada satu standar keselamatan,” tegasnya. “Semua pilot kami terlatih untuk menghadapi kondisi seperti ini.” Pada saat kecelakaan, Toronto Pearson sedang mengalami cuaca ekstrem dengan angin kencang dan suhu beku setelah badai salju besar melanda selama akhir pekan.
“Ini adalah bagian dari pelatihan kami. Kami terus-menerus melatih kru kami untuk menghadapi situasi seperti ini,” tambah Bastian. Berdasarkan rekaman video pendaratan, para ahli penerbangan mencatat bahwa pesawat tampaknya mendarat secara datar tanpa melakukan manuver “flare”-yaitu ketika pilot menarik hidung pesawat ke atas untuk meningkatkan sudut pitch sebelum menyentuh landasan.
Namun, penyelidik senior dari Transportation Safety Board (TSB) Kanada, Ken Webster, mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk menentukan penyebab kecelakaan. “Kecelakaan penerbangan biasanya disebabkan oleh berbagai faktor,” ujarnya.
Proses Investigasi
Saat ini, TSB Kanada masih melakukan investigasi menyeluruh untuk mengungkap penyebab insiden. Mereka telah melakukan wawancara dengan kru penerbangan dan berhasil mengunduh data dari kotak hitam pesawat, yang kini sedang dianalisis.
Kecelakaan ini juga berdampak pada operasional Bandara Toronto Pearson. Dua landasan, termasuk landasan tersibuk di Kanada, masih ditutup karena bangkai pesawat belum sepenuhnya dievakuasi. Menurut Jake Keating, manajer operasional Toronto Pearson, keterbatasan landasan menyebabkan penurunan kapasitas penerbangan.
“Bandara mengalami pembatasan keberangkatan di tiga landasan operasional lainnya,” kata Keating kepada media CP24 seperti dilansir dari CNBCIndonesia.com. Dalam pernyataan di platform X, pihak bandara mengatakan bahwa pada Rabu pagi, sekitar 5% penerbangan keberangkatan dan 6% penerbangan kedatangan telah dibatalkan.
“Setelah bangkai pesawat disingkirkan, kami masih harus melakukan inspeksi landasan sebelum dapat menggunakannya kembali,” tambah Keating. (P-wr)