PRIORITAS, 27/12/24 (Houston): Penumpukan sampah luar angkasa dapat memicu reaksi berantai tak terhentikan atau yang dikenal sebagai Sindrom Kessler.
Dalam skenario ini, tabrakan di luar angkasa akan menghasilkan lebih banyak serpihan, hingga orbit menjadi terlalu penuh untuk peluncuran atau operasi satelit baru, ungkap Thomas Berger, fisikawan dari Universitas Colorado.
Tabrakan besar di orbit Bumi telah terjadi sebelumnya, seperti pada 2009 saat satelit Amerika dan Rusia bertabrakan, menciptakan hampir 2.000 serpihan besar sampah luar angkasa. Uji coba rudal anti-satelit oleh beberapa negara juga menambah ribuan serpihan baru ke orbit.
Para ahli menyerukan tindakan segera untuk menangani krisis ini. Daniel Baker dari Universitas Colorado mendesak Kongres AS untuk meloloskan Undang-Undang ORBITS, yang akan mendukung pengembangan teknologi penghapusan sampah luar angkasa.
“Jika kita tidak bertindak sekarang, orbit Bumi rendah bisa menjadi lingkungan yang tidak dapat digunakan lagi,” kata Baker mengenai sampah luar angkasa yang padat ini.
Sampah luar angkasa telah memenuhi orbit Bumi, menciptakan ancaman serius bagi satelit dan misi antariksa. Dari serpihan kecil hingga satelit mati, objek-objek ini bergerak dengan kecepatan tinggi, meningkatkan risiko tabrakan berbahaya.
Setiap hari, perusahaan seperti Kayhan Space menerima hingga 1.000 peringatan tabrakan potensial. Araz Feyzi, salah satu pendiri Kayhan Space, mengungkapkan bahwa beberapa satelit kliennya menerima ratusan peringatan per hari, terutama di orbit sekitar 550 km, lokasi satelit Starlink milik SpaceX.
Dilansir dari Beritasatu.com, tidak semua satelit memiliki kemampuan bermanuver. Pada Maret lalu, NASA hanya bisa menyaksikan ketika satelit Rusia yang sudah tidak aktif mendekati satelit TIMED miliknya, dengan jarak hanya 17 meter. Jika terjadi tabrakan, ribuan serpihan baru akan terbentuk. (P-wr)