30.9 C
Jakarta
Thursday, December 26, 2024

    Natal 2024 membawa umat ke “Betlehem Baru”

    Terkait

    Oleh M Hari Atmoko/Antara

    PRIORITAS, 25/12/24 (Magelang): Demi mewujudkan ide, umat Lingkungan Stella Maris Ngadirojo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menghadirkan patung “Tiga Raja dari Timur” di halaman gereja kecil setempat. Lalu, perupa dari Gunung Merapi, Leonardus Ismanto, pada suatu waktu mengecek lokasi tersebut.

    Perjanjian Baru menceritakan sosok tiga raja, yakni Melkior, Caspar, dan Balthasar (tiga ‘Orang Majus’), dalam peristiwa kelahiran YESUS di kandang domba di Gua Betlehem. Mereka disebut mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur, dalam peristiwa Betlehem.

    Oleh Ismanto, tiga patung dengan para sosok tersebut pada akhirnya diwujudkan dalam seni rupa tentang raja Yogyakarta, Majapahit, dan Bali. Hingga saat ini, sosok “Tiga Raja dari Timur” dalam peristiwa Natal Betlehem ala Nusantara tersebut, menghiasi halaman gereja kecil di Kecamatan Secang itu.

    Gereja setempat di bawah Gereja Paroki Santa Maria Fatima Kota Magelang memiliki jemaat sekitar 500 jiwa. Mereka terbagi dalam empat lingkungan dan tinggal di kawasan perbatasan Kabupaten Magelang dan Temanggung.

    Gagasan “Betlehem Baru”

    Ia pun melontarkan gagasan pentingnya menghadirkan karya seni rupa lainnya bersuasana kisah kelahiran YESUS dan Betlehem di lingkungan Gereja Santa Maria Regina Pacis Secang yang berdekatan dengan sawah dan sekaligus di kawasan pusat kota kecamatan setempat.

    Gagasan yang kadung terlontar itu, bagaikan melayang-layang di semesta, mencari kenyataan waktu dan tempat tepat untuk berada. Gagasan “Betlehem Baru” di Gereja Secang bukan saja bisa menjadi kekhasan wajah gereja setempat, melainkan juga mengajak umat selalu menyadari pentingnya spiritualitas hidup sederhana.

    Peristiwa Natal di Betlehem salah satu ruang pancaran spiritualitas ajaran gereja yang mengajak umat beriman menjalani hidup sederhana, tulus, jujur, rendah hati, dan berbela rasa.

    Kisah kelahiran YESUS digambarkan dalam suasana serba-sederhana, antara lain, Sang Bayi berbalut kain seadanya untuk menghalau hawa malam yang dingin, diletakkan di palungan, didatangi para gembala dengan keseharian hidup sederhana namun selalu berpengharapan terhadap keselamatan, dan para sosok tulus, rendah hati, serta bijak, yakni “Tiga Raja dari Timur”.

    Setiap umat yang memasuki batin peristiwa Betlehem lebih dari dua abad silam itu, hingga saat ini hendak diajak memasuki relung makna kesederhanaan dan harapan atas keselamatan.

    Disoroti secara politis

    Peristiwa Betlehem juga disorot secara politis oleh penguasa wilayah pada masa itu, sebagai berbahaya karena dikhawatirkan bakal mengguncang stabilitas kekuasaan. Raja Herodes yang juga mendengar kabar kelahiran Juru Selamat, memerintahkan pasukan untuk mencari bayi YESUS. Oleh karena tak ditemukan, bayi-bayi di bawah umur dua tahun di Betlehem dikisahkan sebagai dilenyapkan hidupnya.

    Perjanjian Baru menuliskan, atas bimbingan Malaikat, kemudian Yusuf dan Maria membawa Sang Bayi itu ke Mesir agar terhindar dari pencarian Raja Herodes. Sesudah Herodes mangkat, keluarga kecil itu kembali ke kampung halaman di Nasaret untuk menjalani hidup sederhana.

    Kondisi Betlehem kini

    Betlehem saat ini tentu tak lagi sebagaimana digambarkan pada masa YESUS lahir. Akan tetapi, telah berubah menjadi salah satu tempat wisata rohani dan situs penting dunia, khususnya bermakna bagi umat beriman Kristiani.

    Namun, perubahan wajah Betlehem para era modern saat ini tetap saja mengantarkan umat memasuki refleksi tentang hidup sederhana. Setidaknya demikian diakui seorang umat Gereja Paroki Santa Maria Assumpta Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Bibiana Budiati, yang pada 2015 melawat ke tempat suci itu bersama keluarganya.

    Ia mengaku meneteskan air mata ketika beroleh kesempatan melawat ke tempat YESUS lahir di Betlehem karena menemukan pencarian tentang makna kesederhanaan yang memancar atas Natal.

    Dalam perjalanan mencapai situs “Natal Betlehem” kala itu, ia mengaku tergerak melantunkan lagu rohani Katolik dalam lirik bahasa Jawa, “Nderek Dewi Maria” (Mengikuti Bunda Maria). Lagu itu sering dinyanyikan umat Katolik di Jawa dalam doa-doa bersama di komunitas masing-masing pada Bulan Maria (Mei) dan Bulan Rosario (Oktober), serta peringatan arwah.

    Pada setiap Hari Natal, ia yang bersama suaminya cukup sukses menjalankan bisnis multiusaha, seperti angkutan wisata, properti, gerai di Bandara, dan cuci mobil, seolah dibawa kepada relung makna sederhana atas peristiwa Betlehem.

    Terlebih asal-usul masa kecilnya tinggal di desa di kawasan barat Kabupaten Sleman, selalu mengingatkan pada suasana kehidupan petani di desa yang serba-sederhana. Jalan pendidikan yang mampu ditempuh dengan tidak mudah hingga perguruan tinggi telah mengantarkannya menjadi pengusaha.

    Sukses sebagai pengusaha dan berkesempatan ke ‘Betlehem’, rupanya menjadi penguat optimisme jalan hidupnya. Ia bersama keluarga menyadari kekuatan panggilan bermurah hati dan menempatkan diri sebagai pohon peneduh untuk ringan hati membantu mereka yang terbelit kesulitan, termasuk membantu keperluan gereja sejumlah paroki di kawasan tersebut, hingga saat ini.

    “Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem”

    Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) mengeluarkan pesan Natal 2024 dengan tema bersumber dari petikan Injil Lukas 2:15, “Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem”.

    Kisahnya, malaikat mengabari para gembala, YESUS yang Putra Allah itu, telah lahir di Gua Betlehem, tempat mereka mengandangkan domba-dombanya. Mereka bergegas ke tempat sederhana itu, untuk menjumpai-Nya.

    Dalam pesan Natal tersebut, disampaikan, para gembala bersukacita memuji ALLAH karena berkesempatan berjumpa dengan Sang Juru Selamat. Berjumpa dengan YESUS membuat mereka mengalami pembaruan hidup dan sikap, lalu menjadi pribadi-pribadi optimistis dalam hidupnya.

    Pribadi sederhana namun optimistis, kiranya suatu teladan hidup luhur bagi sesama, termasuk pada era serba-maju pesat saat ini.

    Pemimpin berjiwa pelayan

    Perayaan Natal tahun ini juga berlangsung setelah Indonesia rampung menjalani rangkaian panjang pesta demokrasi sehingga KWI dan PGI mengharapkan negeri dengan pemerintahan baru menjadi “Betlehem Baru” yang menghadirkan optimisme warga mencapai kesejahteraan dan kemajuan berdasarkan Pancasila.

    “Betlehem Baru” juga diharapkan menjadi tempat lahir dan bertumbuh para pemimpin berjiwa pelayan, ugahari, hidup sederhana, dan mengutamakan kepentingan bangsa, sedangkan warga mendukung secara kritis berbagai program pemerintahan baru untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan dan amanat UUD 1945.

    Natal tahun ini diharapkan membawa umat makin beriman mendalam dan bermakna bagi lingkungan sesama serta alam karena beroleh kesempatan memasuki “Betlehem Baru”. (P-jr)

    - Advertisement -spot_img

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    - Advertisement -spot_img

    Terkini