PRIORITAS, 11/12/24 (Mimika Papua): Timbunan tailing yang merupakan penumpukan limbah hasil pengolahan mineral dan logam dari tambang yang dapat berupa lumpur dapat didaur ulang. Tailing dapat mengandung batuan dasar, logam, bahan kimia, bahan organik, dan limbah dari proses pengolahan bijih. Jika tidak dikelola dengan baik, tailing dapat berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan.
Menyadari itu, PT Freeport Indonesia (PT FI) berupaya menangani timbunan tailing atau limbah bekas material tambang di wilayah Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah menjadi area hijau dan produktif.
“Ada tiga tahap, yaitu bagaimana menumbuhkan, menghasilkan, kemudian aman, yang penting fungsi ekologi berjalan,” kata Manajer Environment Central System and Project PT FI Robert Sarwom, di area penimbunan taling, di Kabupaten Mimika, Rabu (11/12/24).
Ia menjelaskan tailing dialirkan dari pabrik pengolahan bijih di dataran tinggi ke area pengendapan di dataran rendah melalui aliran sungai.
Dia menyebutkan rata-rata produksi tailing perusahaan itu mencapai 240 ribu ton per hari. Saat ini, area pengendapan tailing itu mencapai sekitar 23.000 ha dengan ketebalan timbunan tailing mencapai sekitar 7 meter.
Ia menyebutkan upaya konservasi lahan itu terus dilakukan dengan mengolah area itu termasuk dengan pengapuran dan pemupukan dengan pupuk organik dan penanaman tanaman tahan sedimentasi seperti gelagah.
Selain itu, ada kondisi alami di mana tanaman dapat tumbuh kembali dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia. “Dari luas 23.000 ha lahan timbunan tailing, setelah beberapa tahun saat ini sekitar 40 persen merupakan lahan dengan tumbuhan yang tumbuh alami,” katanya lagi.
Ia menyebutkan penanganan 23.000 ha lahan timbunan tailing itu dilakukan sejak sekitar tahun 1996.
PT FI, ujar dia pula, juga mengembangkan area penimbunan seluas 100 ha sebagai area penelitian dan demonstrasi yang difokuskan pada reklamasi setelah tambang dan opsi penggunaan lahan produktif di tanah tailing sebagai sarana konservasi dan edukasi publik terkait pengelolaan tailing.
PT FI berkolaborasi dengan perguruan tinggi mengembangkan kawasan pertanian terpadu pada area timbunan tailing baru yang bertujuan untuk menjadi kawasan percontohan sebagai bagian dari program keberlanjutan setelah kegiatan tambang.
Beberapa tanaman pertanian yang dikembangkan, antara lain padi, tomat, gambas/oyong, kacang panjang. Juga dikembangkan ternak seperti sapi, ayam dan ikan.
“Segala yang hidup di lahan itu kami pantau kondisinya, terutama kadar logam berat, dan sampai saat ini tidak berbahaya,” katanya dikutip Antara.
Ia menyebutkan pengujian itu juga melibatkan BPOM meskipun PT FI memiliki laboratorium sendiri.
Robert menyebutkan tailing sebenarnya juga dapat digunakan untuk keperluan lain, seperti konstruksi bangunan dan bahan baku semen. “Jika diolah menjadi semen, maka harga semen di Papua yang mahal bisa saja menjadi turun,” katanya pula.
PT FI juga melakukan program penanaman mangrove sejak tahun 2004 dengan jenis Rhizophora mucronata. Total lahan yang ditanami hingga November 2024 mencapai 1.115 ha, dan saat ini telah terbentuk ekosistem mangrove secara alami seluas 1.100 ha lebih. “Target penanaman per tahun sejak tahun 2023 adalah 500 ha. Kami berkomitmen menanam 10.000 ha,” kata Robert. (P-bwl)