32.1 C
Jakarta
Friday, October 18, 2024

    Kenapa jurusan IPA, IPS dan Bahasa di SMA dihapus?

    Terkait

    PRIORITAS, 18/7/24 (Jakarta): Sejak Rabu (17/7/24) kemarin, informasi penghapusan jurusan IPA, IPS dan Bahasa di SMA jadi sorotan publik, bahkan sempat viral.

    Namun, pihak Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menyebutkan, penghapusan jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di tingkat SMA bukanlah hal yang baru. Kebijakan itu sudah mulai diterapkan bertahap sejak tiga tahun lalu.

    Sebagaimana dikemukakan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbud Ristek, Anindito Aditomo, pada tahun ajaran 2022 sudah ada 50 persen sekolah yang menerapkan hal itu.

    Lalu pada tahun 2024 tercatat sudah sekitar 90-an sekolah yang menerapkan “Kurikulum Merdeka”.

    “Peniadaan jurusan di SMA dimaksud merupakan bagian dari implementasi “Kurikulum Merdeka” yang sudah diterapkan secara bertahap sejak tahun 2021,” kata Anindito saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (17/7/24).

    “Pada tahun ajaran 2024 saat ini, tingkat penerapan “Kurikulum Merdeka” sudah mencapai 90-95 persen untuk SD, SMP, dan SMA/SMK,” tambahnya.

    Dapat memilih pelajaran lebih leluasa sesuai minat

    Kemudian Anindito menjelaskan konsep dari peniadaan jurusan tersebut. Pada kelas 11 dan 12 SMA, murid yang sekolahnya menggunakan “Kurikulum Merdeka” dapat memilih mata pelajaran secara lebih leluasa sesuai minat, bakat, kemampuan dan aspirasi studi lanjut atau kariernya.

    Ia lalu mencontohkan, seorang murid yang ingin berkuliah di program studi teknik dapat menggunakan jam pelajaran pilihan untuk mata pelajaran (Mapel) matematika tingkat lanjut dan fisika, tanpa harus mengambil Mapel biologi.

    “Sebaliknya, seorang murid yang ingin berkuliah di kedokteran bisa menggunakan jam pelajaran pilihan untuk Mapel biologi dan kimia, tanpa harus mengambil Mapel matematika tingkat lanjut,” jelas Anindito.

    Pihaknya berharap, “Kurikulum Merdeka” itu mampu membuat murid bisa lebih fokus untuk membangun basis pengetahuan yang relevan untuk minat dan rencana studi lanjutnya.

    “Persiapan yang lebih terfokus dan mendalam ini sulit dilakukan jika murid masih dikelompokkan ke dalam jurusan IPA, IPS, dan Bahasa,” lanjutnya.

    Selanjutnya, Anindito juga menyoroti fenomena siswa yang sebagian besar memilih jurusan IPA saat pembagian jurusan dilakukan. Padahal hal tersebut belum tentu dilakukan berdasarkan refleksi tentang bakat, minat dan rencana kariernya. Melainkan karena jurusan IPA diberi privilege lebih dalam memilih program studi di perguruan tinggi.

    Menghapus diskriminasi dalam seleksi mahasiswa baru

    Nah, dengan menghapus penjurusan di SMA, Anindito menyebut “Kurikulum Merdeka” mendorong murid untuk melakukan eksplorasi dan refleksi minat, bakat dan aspirasi karier, dan kemudian memberi kesempatan untuk mengambil mata pelajaran pilihan secara lebih fleksibel sesuai rencana tersebut.

    “Penghapusan jurusan di SMA juga menghapus diskriminasi terhadap murid jurusan non-IPA dalam seleksi nasional mahasiswa baru,” ujar Anindito.

    “Dengan Kurikulum Merdeka, semua murid lulusan SMA dan SMK dapat melamar ke semua Prodi melalui jalur tes, tanpa dibatasi oleh jurusannya ketika SMA/SMK,” tambah Anindito Aditomo. (P-CNNi/jr) — foto ilustrasi istimewa

    - Advertisement -spot_img

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    Terkini